I GOT U [Part 13]

Untitled-1

Genre              : Romance, Sad

Length             : Chapter

Rating              : PG 17

Main Cast        : Cho Kyuhyun, Shin Ha Rin

Other Cast       : Choi Siwon, Kim Soo Hyun, Kim Hyoyeon, Lee Hyukjae, Lee Donghae, Kim Ryeowook, Shin Family

 

“Bibi, mereka sudah pergi?”

Bibi Jung menoleh dan tersenyum lembut pada Nona mudanya, Shin Ha Rin. “Ne… Tuan dan Nyonya baru saja berangkat. Maaf tidak membangunkan Nona.” Sesal kepala pelayan itu dengan kepala tertunduk.

Ha Rin mengangguk paham. “Tidak apa. Aku akan menghubungi mereka sampainya  mereka di sana.”

Hendaklah Ha Rin berbalik, namun suara Bibi Jung menghentikannya. “Nona, anda sakit?”

Tubuhnya kaku seketika. Selalu seperti ini, jika ada yang menanyai keadaan atau ada yang tahu perbedaan yang terjadi pada fisiknya, dengan cepat dirinya menjadi gelisah dan takut. Demi Tuhan, hingga saat ini, dia pun belum sanggup untuk memberitahukan mengenai penyakitnya pada orang-orang terdekat.

“Tidak. Aku baik-baik saja.” Hanya itu dan dia kembali melangkahkan kakinya menuju lantai dua rumah, kamarnya berada di sana.

Bibi Jung merasa ada yang berbeda dari Nona mudanya ini, Nona mudanya tak pernah berbicara sedingin itu kepada orang rumah, tidak sama sekali.

 

 

**

 

 

“Hari ini kau masuk bukan? Beberapa Dosen menanyakanmu.”

“Ya. Aku sedang dalam perjalanan. Kau tidak mengatakan apapun pada mereka bukan?” menginjak rem mobil saat lampu merah menyala. Tangan kirinya meraih botol air mineral yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi. Menenggak isinya seperti manusia yang tak pernah merasakan segarnya air.

“Hei kau tak mendengarku?” Ha Rin menegur Mi Ri yang tak kunjung menjawabnya seraya meletakkan kembali botol air mineralnya, membenarkan letak earphone yang terpasang pas ditelinganya, melirik sekilas handphone miliknya yang ia letakkan pada sebuah tempat khusus agar tetap dapat menjawab panggilan walau sedang dalam perjalanan dengan hanya menggunakan earphone sebagai salah satu alat bantunya.

 

“Jang Mi Ri?”

“Rin’ah…”

“Apa? Kau tak mengatakan apapun kan…” menengokkan sedikit kepalanya melihat lampu lalu lintas yang ternyata telah berubah warna menjadi hijau. Tandanya kau dapat berjalan. Ia tancap gasnya dan mulai kembali membelah jalanan kota untuk sampai ke kampus.

“Maafkan aku.” Alis Ha Rin meniuk. Oh ini bukan berita baik.

“Katakan.” Pancing Ha Rin lagi.

“Aku mengatakan pada para Dosen itu bahwa kau sedang sibuk mengatur pernikahanmu dengan Kyuhyun Sunbae yang dimajukan.” Sungguh Mi Ri merasa bersalah, bukannya ia ingin menyebarkan berita, karena pun para Dosen kampus mereka juga belum mengetahui mengenai pernikahan Kyuhyun dan Ha Rin yang diajukan, tapi semua itu ia lakukan karena dia tidak tahu harus mengatakan alasan apa lagi untuk membela kawannya itu. Dan alasan itu mungkin adalah alasan terkuat yang bisa dia berikan.

 

“Shin Ha Rin? Kau mendengarku? Halo?” gusar Mi Ri

“Hmmm… aku mendengarmu.” Ha Rin masih fokus menyetir. Dia pun juga tak tahu tanggapan seperti apa yang akan ia keluarkan untuk ini. Pundaknya terasa makin berat saja. Semakin banyak orang yang tahu akan semakin sulit untuk mengakhiri dan mengelak kebenarannya.

“Mi Ri-ya, apa kau lupa apa yang kukatakan padamu waktu itu? Aku memintamu untuk jangan membahas itu dengan siapapun.”

“Seluruh tingkatan Mahasiswa dan Mahasiswi kampus sudah mengetahui semuanya Rin’ah, jika pun aku tak mengatakannya, mereka juga sudah tahu. Kyuhyun sunbae yang mengumumkan sendiri pada mereka.” Bela Mi Ri.

“Tapi tidak dengan Dosen-dosen itu, mereka belum mengetahuinya! Pria brengsek itu memang tak memiliki otak saat mengatakannya, dan kau… astaga.” Geram Ha Rin, tidak ia harus fokus menyetir sekarang.

“Aku tutup, kita bicara saat bertemu.”

 

 

**

 

 

Baekhyun baru saja turun dari mobilnya saat melihat Ha Rin juga ikut keluar dari mobil. Tersenyum dengan cerah untuk pertama kalinya di pagi ini, sudah lama ia tak bertemu dengan kawannya yang satu ini.

“Akhh…” Ha Rin menggerang saat dirasa lehernya diapit oleh lengan yang kuat. Kepalanya terdongak dan dengan reflek menatap tajam pelakunya. Bukannya takut, Baekhyun semakin lebar tersenyum hingga kedua matanya menyipit bagai bulan sabit. Ia senang, sungguh, ia senang dapat berjumpa Ha Rin lagi.

“Hei Nona. Pagi ini kau cantik sekali.”

Ha Rin menggeleng, posisinya kini sudah lebih baik dari sebelumnya yang harus membungkuk karena menahan apitan Baekhyun yang kuat, dia sudah berdiri dan berjalan beriringan dengan kawan prianya ini dan tentu saja dengan lengan Baekhyun yang masih berada di lehernya.

Baekhyun menengokkan kepala kebelakang, melihat parkiran mobil yang baru saja ia tinggalkan. “Tumben. Sejak kapan kau menyetir?” ia tatap Ha Rin dari samping, sungguh ia tak bohong saat mengatakan Ha Rin cantik pagi ini, Karena kenyataannya seperti itu.

 

Ha Rin ikut membalas tatapan Baekhyun. “Sejak tadi.”

“Eiyy…kau ini, aku sungguh-sungguh.”

“Aku juga Byun.” Baekhyun menyerah untuk bertanya, ia tak akan menghabiskan waktunya kali ini dengan berdebat.

“Rambutmu bagus. Kau memotongnya?” Ha Rin terlonjak dari kenyamanan posisi mereka yang saling menempel. Ia lepas lengan Baekhyun yang berada di lehernya, menjauhkan tubuhnya cukup jauh.

“Ya. Aku memotongnya.”

“Tapi aku lebih suka dengan rambut panjangmu.” Komentar Baekhyun seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku jins skiny hitamnya, ia tak protes dengan tingkah Ha Rin, gadis itu sering melakukannya.

“Model ini lebih simpel.” Jawab Ha Rin cepat.

Baekhyun menggedikkan bahu acuh.

 

“Shin Ha Rin. Rambutmu rontok!” ujar Baekhyun tiba-tiba setelah sebelumnya perbincangan terputus.

Tubuh Ha Rin kaku, pergerakannya terhenti begitu saja, matanya gelisah berlarian mencari alasan.

“Hei, kau mendengarku? Lihat, banyak sekali yang tertinggal di lenganku.” Baekhyun mencoba menunjukkan perkataannya, namun ditampik Ha Rin dengan gadis itu berjalan lebih cepat di depannya.

Baekhyun tetap mengejar, “Aku tahu kau sibuk dengan urusan pernikahanmu, tapi jangan menjadi gadis jorok Shin Ha Rin!” pekik Baekhyun lantang. Sontak hal yang dia lakukan menarik simpati muda-mudi kampus untuk mendengar dan melihat lebih jauh lagi apa yang terjadi.

Ha Rin berhenti berlari dengan mata membola. “Brengsek kau Byun Baekhyun…”

Ia balik tubuhnya menghadap kawannya itu bringas. “Kau mau mati!” tajamnya.

Baekhyun mengeluarkan senyum mengejek, ia menggeleng dan kembali berucap. “Apa kau tak tahu kenapa rambutmu bisa rontok sebanyak ini? Ini karena kau jarang mandi dan membersihkan rambut. Ini akibatnya Shin Ha Rin. Astaga… apa perlu aku membawamu ke salon langananku untuk mengurus rambutmu itu?”

Ancang-ancang sudah mereka lakukan, Ha Rin menggigit gemas bibirnya. “Mati Kau!”

Dar…

Seperti bunyi tembakan lari marathon, gencatan senjata pun akhirnya meluncur. Dengan kecepatan penuh, baik Ha Rin maupun Baekhyun sama-sama melarikan kakinya cepat, menabrak orang-orang yang mereka lalui.

Baekhyun tertawa kencang disela larinya, ini yang dia tunggu-tunggu sejak tadi.

Kelegaan tersendiri Ha Rin rasakan saat Baekhyun tak menganggap rambut rontoknya sebagai hal yang serius, lain kali ia harus lebih berhati-hati lagi.

‘Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku Shin Ha Rin, jangan sampai aku yang menemukan rahasia itu dari orang lain atau karena rasa penasaranku. Cepat beritahu aku.’

Gumam batin Baekhyun.

 

 

**

 

 

Next Day …

09.32 KST

Eunhyuk lagi-lagi kembali dibuat heran dengan tingkah sahabatnya satu ini. ‘Ada apa dengan setan itu kali ini?’

Ia miringkan kepalanya berkali-kali mencari jawaban.

“Kepalamu akan putus jika kau terus melakukan itu Lee Hyukjae.” Tutur Donghae.

“Bukankah kau merasa aneh dengan tingkah Kyuhyun kali ini?” Donghae dengan cepat menggeleng, tanda menolak untuk ikut berpikir hal-hal aneh mengenai Kyuhyun bersama Eunhyuk, ia masih ingat dengan jelas peristiwa pengusiran beberapa hari yang lalu yang tidak mengenakkan saat mereka berada di basecam dan semua itu berkat rasa keingin tahuan Lee Hyukjae! Kali ini ia tidak mau lagi diusir dengan wajah mengerikan Kyuhyun. Mereka tengah berada dipinggir lapangan kampus dan ia tak mau menjatuhkan pamornya karena diusir kembali oleh Kyuhyun.

 

“Kim Ryeowook. Apa kau tidak penasaran dengan sahabatmu itu, sejak tadi dia selalu tersenyum. Itu mengerikan.” Donghae menolak, masih ada Ryeowook yang bersedia mendengarkannya.

Ryeowook menghentikan acara membacanya, kepalanya terdongak dan dengan santai melepas kacamata yang bertengger pada hidung mancungnya perlahan. Senyum segarisnya tampak. “Apa yang tidak mengerikan bagimu? Semua yang Kyuhyun lakukan kau sebut itu mengerikan. Dia diam kau sebut mengerikan, dia marah kau sebut mengerikan, sekarang, dia tersenyum juga kau sebut mengerikan! Dan berhentilah untuk memuaskan rasa penasaranmu itu. Aku tidak mau Kyuhyun kembali mengusir kita karena perbuatanmu bodoh! Ini dilapangan terbuka, para gadis memperhatikanku, aku tak ingin pamorku jatuh hanya karena Kyuhyun kembali mengusirku! Kau dengar, urusi urusanmu bung.” Papar Ryeowook panjang lebar, Donghae dengan kepala tertunduk dan mata fokus tetap pada bacaannya pun tersenyum lebar mendengar kalimat panjang Ryeowook, mereka memang memiliki ikatan batin kuat.

 

Merasa jengkel, Eunhyuk banting tubuhnya membelakangi kedua kawannya itu. Ryeowook hanya  menggeleng sebagai tanggapan dan kembali melanjutkan bacaannya.

 

Hingga tiba-tiba kedua alis Eunhyuk terangkat, ia mendapatkannya. Ia tahu sekarang kenapa Kyuhyun selalu mengumbar senyum yang selalu dihadiahi pekikan tajam oleh gadis-gadis yang mengrumuni mereka namun berada di jarak yang cukup jauh. Dan semua alasan itu terpecahkan dengan satu jawaban, yaitu Shin Ha Rin.

“Gadis itu ternyata.” Komentarnya. “Hari ini dia cantik dengan potongan barunya.”

“Apa aku memperbolehkanmu menatapnya Lee Hyukjae!”

 

‘Sial’ umpat Eunhyuk karena perbuatannya diketahui oleh Kyuhyun. Dengan perlahan ia menolehkan kepala menatap Kyuhyun seraya tersenyum canggung.

“Aku tak pernah mengijinkanmu untuk mengomentari bahkan memandangi wajah dan tubuh gadisku dengan cuma-cuma. Jadi, tutup matamu!” sentak Kyuhyun.

Ryeowook tersenyum disela membacanya. ‘Dia cemburu.’ Kepalanya terdongak menatap Kyuhyun yang kembali memandang Ha Rin yang tengah berbincang dengan kawannya intens. Senyum pria berwajah dingin itu pagi ini terumbar begitu banyak. ‘apa dia sudah mengatakan perasaannya?’

 

 

**

 

 

“Rin’ah…”

“Apa?”

“Kyuhyun sunbae terus memandangimu.” Tutur Mi Ri pelan, ia tak ingin katahuan melaporkan hal itu pada Ha Rin oleh Kyuhyun.

Ha Rin menghembuskan malas nafasnya, “Ughh, sialan.” Umpatnya pelan tak ingin terdengar.

“Apa?” Tanya Mi Ri.

“Tidak. Ayo kita pergi. Aku tahu kau tidak nyaman.” Gandeng Ha Rin, menyeret Mi Ri pergi dari tempat mereka sebelumnya.

Baru beberapa langkah ia berjalan suara ponselnya sudah mengganggu.

 

“Kemana kau?”

“Apa?”

“Mau pergi kemana Shin. Aku tak memperbolehkanmu pergi, kembali ketempatmu berdiri bersama temanmu! Sekarang!”

“Dengar, aku benar-benar tak menyukai orang yang memerintahku sesuka hati. Diam dan lanjutkan apa yang kau lakukan tadi!” sentak Ha Rin pelan.

“Bagaimana bisa aku melanjutkan kegiatanku jika kau pergi.” Suara frustasi itu Ha Rin mendengarnya.

“Kegiatanmu tak ada sangkut pautnya denganku. Jangan mulai membual Cho Kyuhyun!” tidak bisakah sekali saja Ha Rin berbicara dengan nada yang lebih halus kepada Kyuhyun? Itu lebih enak didengar.

“Ada! Kembali ketempatmu sekarang!”

“Sialan. Terserah kau. Jangan menemuiku hari ini, aku sedang sangat membencimu!” teriak Ha Rin jengah.

Panggilan terputus secara sepihak.

 

“Brengsek. Ada apa dengannya?” Kyuhyun berdiri dari duduknya cepat, pergi begitu saja meninggalkan ketiga kawannya. Dia harus mencari Ha Rin. Sialan, dia benar-benar merindukan gadis itu hari ini.

“Bertengkar lagi? Oh, aku bosan hidup seperti ini.” Keluh Eunhyuk.

“Diam jika kau tak ingin club malammu hancur lagi.” Tenang Donghae seraya menasehati.

“Damn. Aku harus mengamankan tempatku!” setelahnya Eunhyuk juga ikut menyusul pergi. Ia akan melakukan pencegahan preventif sebelum terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan dengan club malamnya.

 

 

**

 

 

“Oh Oppa?” jawab Ha Rin saat ponselnya berdering, panggilan itu berasal dari Siwon.

“Hari ini jadwalmu kemo, kau ingat kan?”

“Ya, aku mengingatnya. Aku sedang dalam perjalanan.”

“Baiklah, hati-hati. Istrahatlah dulu sesampainya di kamar, jadwalmu masih sore nanti.”

“Aku tahu, aku tutup.”

“Eummm…”

 

Dari jauh dia sudah melihat mobilnya yang terpakir, dengan lihai ia tekan kunci otomatis yang ia bawa hingga bunyi ‘bip’ terdengar dari arah mobilnya.

Langkahnya terhenti begitu saja saat lengan kirinya ditarik dengan cepat dari arah belakang.

“Kemana?” hanya pertanyaan itu yang terlintas pertama kali diotak Kyuhyun

“Pergi.” dan hanya jawaban itu juga yang ingin Ha Rin berikan pada Kyuhyun.

“Kemana Shin? Pergi kemana? Pasti ada tujuannya! Bisakah kau menjawab dengan lengkap, aku benar-benar jengkel dengan jawaban pendekmu!”

“Dan aku benar-benar senang dengan kejengkelanmu.” Sepertinya Ha Rin memang senang membuat Kyuhyun naik pitam karenanya.

Kyuhyun menggeram, gadisnya ini benar-benar pandai berkata.

“Apa kau akan kerumah sakit?” Tanya Kyuhyun dengan intonasi suara lebih lembut, ia pun telah melonggarkan cengkraman tangannya pada Ha Rin, melangkahkan kaki maju untuk berada dalam jarak yang dekat dengan gadisnya.

“Ya.”

“Kuantar.” Tawar Kyuhyun lembut

“Tidak.”

Rahang Kyuhyun kembali mengetat. Amarahnya terpancing lagi. “Ada apa denganmu?! Sejak tadi kau selalu membantah perkataanku! Dan jawabanmu, Ya Tuhan… berapa kali kukatakan, aku membenci jawabanmu yang sangat pendek itu. Jawablah dengan sedikit panjang!”

“Apa kau lupa dengan perkataanku tadi? Hari ini aku tak ingin melihatmu atau bertemu denganmu, aku sedang sangat membencimu. Jadi, singkirkan tanganmu dari lenganku dan jauhkan tubuhmu dari tubuhku!” Ha Rin terbawa emosi.

 

Kyuhyun melepaskan, dan membawa kedua tangannya itu kewajah serta kepalanya mengusap kasar. Kenapa saat mereka bertemu hanya pertengkaran yang terjadi! Tidak bisakah mereka akur?

Tak menghiraukan itu, Ha Rin melangkah pergi menuju mobil, ia ingin segera beristirahat sebelum jadwal kemonya dimulai. Baru saja membuka pintu mobil, pintu itu sudah kembali tertutup karena dorongan dari Kyuhyun yang menyentak pintu itu kembali tertutup.

“Kau lupa peraturanku.” Suara Kyuhyun begitu rendah dan tajam.

Ha Rin membuang nafasnya kesal. “Cepat katakan maumu!”

 

Kedua mata kecilnya membola sempurna saat sapuan lembut dan gerakan bibir tebal yang intens itu mendarat tepat dibibirnya, Kyuhyun menciumnya perlahan dengan segenap perasaan.

“Sejak tadi itu yang kuinginkan.” Jawab Kyuhyun rendah dengan jarak bibir mereka yang dekat.

“Kau sudah mendapatkannya sekarang menyingkirlah!” Usir Ha Rin setelah berhasil mengatur detak jantungnya.

“Tidak. Aku yang akan mengantarmu hari ini Nona.”

“Tidak. Aku membawa mobilku sendiri.”

“Dan kunci mobilmu ada padaku, masuk, duduk yang manis dan jangan banyak mengomel atau kucium habis bibirmu!”

Ha Rin terkejut, sejak kapan kunci mobilnya berada di tangan Kyuhyun!

Lihatlah! Secara tidak sadar kau lemah dengan sentuhan yang Kyuhyun berikan padamu Shin Ha Rin. Jerit batinnya frustasi.

 

 

**

 

 

Ha Rin berhenti melangkah saat dirasa Kyuhyun ikut melangkah mengikutinya di belakang. Berbalik dan menatap Kyuhyun penuh tanya. “Kenapa?”

“Apa?” balas Kyuhyun tak paham.

“Kenapa mengikutiku? “ jelas Ha Rin.

“Aku mengantarmu.” Jawab Kyuhyun yang makin membuat kernyitan didahi Ha Rin terlihat.

“Kau sudah mengantarku.”

“Sampai dalam.” Putus Kyuhyun, ia berjalan mendekat, memutar tubuh Ha Rin agar kembali menghadap jalan menuju ruang inapnya. “Jalan.” Bisik Kyuhyun tepat di telinga Ha Rin. Seperti sebuah komando, Ha Rin pun melaksanakannya tanpa protes.

Kyuhyun tersenyum simpul melihat kepatuhan Ha Rin.

 

 

**

 

 

Ha Rin sudah mengganti bajunya dengan seragam rumah sakit, dibantu oleh seorang suster yang merawatnya. Mata kecilnya menyipit saat ia masih melihat Kyuhyun berada di kamar inapnya, pria itu terkesan santai berada di ruangannya, bukankah ini kali pertama Kyuhyun benar-benar memasuki kamar inap khususnya?

Tak menghiraukan, ia lebih memilih menempatkan diri diranjang pesakitannya. Menyandarkan tubuh pada headboard ranjang dan mulai memainkan ponsel.

Belasan menit berlalu dengan keheningan, Ha Rin sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini, tapi tidak bagi Kyuhyun. Sejak tadi ia menyibukkan diri dengan buku-buku yang ia bawa untuk sekedar mengisi waktu kosong seraya menunggu Ha Rin istirahat, namun nyatanya gadis yang ia tunggu pun tak kunjung merebahkan diri dan lebih memilih asyik dengan ponsel canggihnya.

 

“Apa yang kau lakukan?” Tanya Kyuhyun, pria itu menghampiri dan mendudukkan diri pada pinggiran ranjang dengan terus memusatkan perhatian pada Ha Rin.

Kyuhyun terdiam melihat ekspresi wajah Ha Rin. “Shin?” tanyanya lagi dengan lebih halus.

“Pulanglah.” Ujar Ha Rin dengan mimik muka tak terbaca.

“Mengusirku?” Dan Ha Rin mengangguk untuk itu. Kyuhyun tak suka, ia benar-benar tak suka dengan setiap perlakuan Ha Rin yang mencoba untuk mengusirnya. Ia tak suka dengan kenyataan Ha Rin tak membutuhkannya.

“Jika aku tak mau?” tantangnya

“Kupanggil keamanan.” Tukas Ha Rin, fokus matanya bahkan tak pernah bergerak sedikit pun dari layar ponsel.

Rahangnya Kyuhyun mengetat dengan sendirinya, menahan geraman marah. “Sampai kapan kau akan seperti ini hah!” sentaknya rendah.

Ha Rin mengernyit dalam tunduknya, dengan terpaksa ia angkat kepala menatap Kyuhyun. “Sampai kau pergi.”

“Pergi? Pergi kemana? Kau ingin aku pergi dari hidupmu?” seloroh Kyuhyun yang paham betul apa yang akan dibicarakan Ha Rin padanya. “bermimpilah. Aku tak akan melakukan apa yang kau inginkan!” tandas Kyuhyun tajam.

Ha Rin terus memandang Kyuhyun. “Kau menyukaiku?”

Kyuhyun terdiam kaku, matanya memutar salah tingkah. Mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu tapi ia urungkan dan menutupnya lagi. Tidak. Bukan sekarang. Ini bukan waktu yang tepat. Oh… dia mengalami perang batin lagi.

Sungguh! Pria ini benar-benar membuang-buang waktu.

 

“Jika tidak, maka kita sama. Tak ada alasan bagimu untuk terus berada di dekatku… Kita tidak saling menyukai, jadi jangan berada pada jerak dekat denganku, aku tak menyukainya. Jika kau terus berada di dekatku, maka kau akan tahu kelemahanku dan aku tak suka itu.” Shin Ha Rin bukanlah mahasiswi jurusan seni teater, tapi dia memiliki ilmu tingkat tinggi dalam mengontrol ekspresi wajah, dia bisa menjadi orang yang menyebalkan, dan dalam satu kedipan mata dia juga bisa dengan tiba-tiba berubah menjadi orang yang sangat baik hatinya. Hanya satu yang perlu kalian percayai, bahwa Ha Rin bukanlah orang munafik, dia hanya gadis biasa yang ingin melihat lingkungan sekitarnya baik-baik saja, baik dengan atau tanpanya, dan caranya adalah dengan menutupi kebenaran yang menyakitkan ini dari semuanya.

Dia bukan muanfik dia hanya gadis naïf.

 

“Apa itu semua berasal dari hatimu Shin Ha Rin?”

“Yap. Semuanya tanpa kecuali.” Ha Rin kembali menundukkan kepala ingin melanjutkan kegiatannya yang tertunda namun ia urungkan. “dan kau tahu, sepertinya aku mulai mendapati titik temu mengenai alasan mengapa aku menerima ajakan bermainmu. Itu berarti permainan kita akan segera berakhir. Kau tunggu saja, ini tak akan lama.”

 

Tanpa berkata, Kyuhyun beranjak dari ranjang, menyambar ranselnya, melangkah lebar-lebar menuju pintu geser kamar, membukanya dan setelah itu menutup dengan menggeser kencang pintu tersebut hingga suaranya terdengar memekakkan telinga.

Dia marah!

 

 

**

 

 

Ha Rin tak menjawab ataupun terlihat ingin mengajukan protes saat Dokter Park mengatakan jika beliau akan pergi satu bulan lamanya ke Canada untuk study kasus dokter spesialis kanker, dan itu berarti operasi yang akan dia jalani kembali harus tertunda.

“Lalu apa yang harus kulakukan?” Tanya Ha Rin lesu, ia sudah sangat bersemangat kala dokter mengatakan bahwa dirinya akan segera melakukan operasi tahap pertama pengangkatan sel kankernya, itu berarti kesempatan dia hidup masih tersisa beberapa persen lagi, masih ada waktu untuknya mengobati diri. Tapi sekarang, ia merasa jika semakin lama operasi itu di undur, maka serangan ganas kanker itu akan semakin cepat menuju batang otaknya, itu berarti kesempatan hidupnya semakin kecil. Benar dia telah melakukan kemo dan beberapa tahap pengobatan, tapi Ya Tuhan itu tidak cukup, beda masalahnya jika dia masih berada di stadium awal, masih ada kemungkinan dia sembuh hanya dengan kemo terapi.

 

Tapi apapun itu, semua ini salahmu sendiri. Kau yang sok kuat, kau yang memiliki berjuta-juta alasan tak masuk akal agar pengobatan tak dilaksanakan, dan kau sendiri yang mengatakan lebih baik mati dari pada harus menanggung sakit dan sedih keluargamu. Pengobatan ini tertunda karenamu! Ini semua keinginanmu! Jerit batin Ha Rin menyalahkan sendiri.

 

Dokter Park melihat jelas wajah putus asa itu. “Nona Shin. Anda percaya pada saya sejak awal pengobatan, dan kumohon anda mempercayai saya kali ini lagi.” Ia jeda bicaranya, memberi ruang untuk Ha Rin sedikit merilekskan tubuh. “anda lakukan operasi itu dengan dokter rekomendasi saya, dia tak kalah hebatnya dengan saya, dia adalah murid kebanggaan saya. Saya yakin operasi tahap pertama ini akan sukses seperti yang kita rencanakan.”

Kepala Ha Rin terdongak cepat. “Saya memilih anda menjadi dokter pribadi saya karena Kakak saya percaya pada anda, dan saya pun juga, seperti yang anda katakan dari awal bahwa saya percaya pada anda. Tidak hanya dalam hal pengobatan tapi juga identitas saya dok. Anda yang sampai sekarang menyembunyikan identitas saya, lalu jika anda melimpahkan tugas anda ini kepada murid anda yang tidak memiliki pengalaman itu, apakah anda bisa yakin identitas saya tidak terbongkar? Benar kedua orangtua saya sudah tak berada di Korea, tapi apakah tidak mungkin jika pemburu berita atau salah satu teman orangtua saya mengetahui ini apa mereka tetap tidak akan tahu?” napas Ha Rin memburu

 

“Nona Shin an—” Ha Rin tiba-tiba beranjak dari duduknya, pergi berjalan kearah pintu ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun untuk berpamitan dengan Dokter Park.

Dokter paruh baya tersebut menghela napas lebih dalam lagi, sangat ingin rasanya dia membatalkan pemberangkatannya, tapi dia tidak bisa, study kasus yang akan ia lakukan itu juga sangat penting, di sana nanti ia dan beberapa dokter dari seluruh dunia akan melakukan beberapa riset untuk menemukan obat pembunuh kanker.

 

 

**

 

 

1 Month Later

Waktu berputar begitu cepat, dengan semua peristiwa terjadi di hidupnya. Entahlah, ia merasa hidupnya kini lebih berwarna, tapi tak lama lagi mungkin semua akan sirna, ia merasa semakin lama tubuhnya semakin tak bersahabat saja. Shin Ha Rin kalah oleh vonis dokter.

Ia tatap dirinya di depan kaca besarnya, menatap miris bayangan yang ada pada kaca itu. Tubuh yang berada di dalam kaca itu terlihat lebih kurus, dengan wajah tirus, mata sayu, kulit putih pucat. Dan yang membuatnya paling sesak lagi adalah, hal yang paling ia jaga dari tubuhnya, hal yang paling ia sayangi dari tubuhnya. Rambut, mahkota hitamnya kini telah hilang, tandas, tanpa sisa dan hanya menyisakan kekosongan pada kepalanya, berkali-kali ia menangis melihat perubahan pada tubuhnya, bukan menangis karena ia menyesal, tapi lebih kepada reaksi apa nanti yang akan orang-orang terdekatnya berikan saat melihat keadaannya, Ya Tuhan membayangkannya saja membuat dadanya makin sesak.

 

Berhari-hari ia mangkir dari jadwal kuliahnya hanya untuk menutupi kondisi fisiknya ini, ia tak mungkin bisa melihat wajah khawatir Mi Ri atau pun Baekhyun. Oh dan yang paling parah adalah Kyuhyun. Entah mengapa ketakutan besarnya sekarang adalah Kyuhyun. Untuk alasan apapun dia tidak mau Kyuhyun mengetahui kondisinya.

Namun hari ini ia tidak bisa lagi mangkir untuk menghindar, hari ini dia akan mengkonsultasikan skripsi yang telah ia susun dengan dosen pembimbingnya.

Tubuhnya berputar, berjalan menuju ranjang, menambil jaket hitam lalu dikenakan pada tubuhnya, syal menutupi lehernya dan terakhir adalah beanie berwarna hitam untuk menutupi kepala plontosnya. Jika kawan-kawannya nanti bertanya ia sudah memiliki jawaban yang sangat akurat untuk ini.

 

 

**

 

 

Campus, café

Ha Rin mengucapkan syukur, hari ini kedua kawannya sedang tak berada di kampus, mereka tidak memiliki jadwal perkuliahan hari ini.

Kepalanya terus tertunduk kearah lembaran buku diktatnya, di dalamnya ada beberapa point penting yang tadi ia catat saat dosen pembimbingnya mengatakan ada bagian-bagian dalam skripsinya yang harus ia benahi.

Walaupun ia menunduk tapi dia bisa dengan jelas merasakan aura tak nyaman di cafeteria kampus, hampir seluruh pasang mata menatapnya penuh minat, bukan sesuatu yang bisa dibanggakan, karena Ha Rin tahu betul orang-orang itu melihatnya bukan karena terpesona melainkan sangat penasaran sekali dengan penampilannya yang berbeda drastis ini.

 

Tubuhnya tersentak bediri saat dirasa ada orang yang menarik lengannya kuat. Kepalanya terdongak cepat menatap si pelaku, ingin sekali rasanya mengumpati orang di depannya ini tanpa ampun, namun ia tak memimiliki daya untuk itu.

“Bisa kau lepas tanganmu, kau menyakitiku.” Pinta Ha Rin, akhir-akhir ini tubuhnya terasa lebih sensitif dari biasanya, dulu jika tangannya di pukul pun tak terasa sesakit ini, tapi sekarang hanya dengan di cengkram rasanya sudah seperti akan remuk.

Rim Ae menyeringai. “Sejak kapan seorang Shin Ha Rin merasakan sakit?” mata gadis itu menyiratkan amarah besar di dalamnya, entah untuk apa.

“Jung Rim Ae, aku sungguh-sungguh, lepaskan tanganmu.”

“Oho, apa kau baru memohon kepadaku? Hahaha… putri tunggal Shin Si Kyung memohon kepadaku?” tawa Rim Ae, “menyedihkan sekali.” Sindirnya.

 

Oke, Ha Rin benar-benar tak tahu tujuan utama Rim Ae melakukan ini kepadanya, tapi sunnguh ia butuh Rim Ae melepaskan cengkramannya.

“Kau main-main denganku Jung Rim Ae!” sentak Ha Rin rendah, hanya ini senjata terakhirnya, dan dia berhasil, Rim Ae melepaskan cengkaramannya.

Ha Rin tak memperdulikan tangannya yang mungkin sekarang sudah memerah, matanya terus menatap tajam Rim Ae, dia butuh penjelasan mengenai tindakan tak sopan wanita yang ada di hadapannya ini.

“Apa kau memiliki sesuatu untuk kau ungkapkan padaku? Karena jika tidak, aku benar-benar merasa tersinggung dengan perlakuan tak sopanmu.” Mendengar kalimat demikian, membuat darah pada diri Rim Ae kembali membludak, darah amarahnya membludak dan rasa-rasanya mau pecah. Matanya ikut menajam kearah Ha Rin.

“Bukankah seharusnya itu kalimatku?” jengit Rim Ae tak suka. Ha Rin tak menanggapi, menunggu kalimat selanjutanya yang akan gadis itu lontarkan.

“Mencampuri masalah keluarga orang lain itu benar-benar tak baik Shin Ha Rin, kau pernah mendengar sebuah kata sepert ini, jangan mengganggu singa yang sedang tidur?” Ha Rin semakin tak paham dengan arah bicara Rim Ae. “kau benar-benar tak memiliki sopan santun.”

 

“Aku tak paham dengan arah bicaramu.”

Rim Ae tertawa kencang, beberapa orang sudah mulai memusatkan perhatian mereka pada perbincangan Ha Rin dan juga Rim Ae. “Aku tahu kau tak sebodoh itu, setelah apa yang kau lakukan pada keluargaku masih bisa kau memasang tampangmu itu hah!” teriaknya murka.

“Apa yang kau bicarakan? Jika kau tak mem—”

“Kau dalang pelporan Ayahku! Kau membuatnya masuk penjara dan kau juga yang membuat keluarga kami sengasara. Dan demi Tuhan aku akan membunuhmu untuk itu!” ngeri, entah kata apa lagi yang bisa orang-orang diskripsikan dengan tampang Rim Ae sekarang.

Detik setelah itu orang-orang dikejutkan dengan reaksi Ha Rin, gadis itu lebih memilih tertawa dari pada menanggapi amarah Rim Ae.

 

Tawanya terhenti dan wajahnya kini mengeras. “Lalu apa yang seharusnya orang lakukan jika dia mengetahui ada tindak pencucian uang di sekitarnya dengan jumlah fantastis? Diam dan menikmati? Kau juga tahu aku tak sebodoh itu.” Membalik kata Rim Ae, “dan sekarang aku yang akan bertanya padamu, apa kau juga akan diam saja saat melihat Ayahmu melakukan tindakan kotor itu? Apa kau tahu kerugian yang di sebabkan Ayahmu pada Negara? Apa kau tahu akibat fatalnya? Apa kau tahu, rakyat-rakyat miskin itu tidak makan karena tunjungan hidup mereka di diskrimanasi oleh tangan-tangan petinggi negeri. Apa kau tahu itu!” napasnya terengah, emosinya tersulut.

 

“Itu bukan urusanmu! Apa yang dilakukan oleh Ayahku sepenuhnya bukan urusanmu, jangan sok memiliki hati seluas itu, kita bahkan memakan uang orang-orang miskin itu untuk kepentingan kita, hidupmu penuh kepalsuan Shin Ha Rin! Jika pun Ayahku melakukan itu, ada pihak berwajib yang memiliki kewenangan untuk menindak lanjuti dan bukan kau!”

“Dan bagaimana ceritanya jika pihak berwajib yang kau sebut tadi juga ikut andil dalam kasus Ayahmu! HollyShit!” umpatnya, ia benar-benar geram dengan kelakuan pejabat pemerintah.

 

Rim Ae terdiam, ia tak tahu harus mengatakan penyangkalan seperti apa lagi, apa yang dikatakan Ha Rin adalah sebuah kebenaran. Tidak dia tidak boleh kalah, martabatnya akan jatuh.

“Tapi kau tetap tak memiliki hak untuk mencampuri urusan keluargaku!”

“Aku punya! Setiap warga Negara di Negara ini memiliki kewajiban untuk melporkan kasus-kasus yang merugikan Negara.”

Sial! Teriak batin Rim Ae, datangnya ia ketempat ini tadi adalah membalas dendam kepada Ha Rin.

 

“Tapi apa kau tahu dampak yang kau berikan pada keluargaku hah! Kami sengsara, kami tak memiliki apa-apa lagi sekarang, kau sudah merampasnya!”

“Bukan aku, tapi keluargamu sendiri lah yang melakukan itu, jika saja kalian bukanlah keluarga konsumtif tinggi, mungkin Ayahmu tak akan melakukan ini. Dan mau tak mau, kau termasuk penyebab keluargamu menderita.” Skeptis Ha Rin tanpa bersalah, ia terkesan lebih tenang sekarang.

“Apa kau bilang? Aku? Kau mengatakan aku penyebabnya?” lirih Rim Ae sakit, tidak, kenapa sekarang dia yang menjadi masalahnya.

“Ya kau. Kau ikut andil dalam ini, lebihlah lihat dirimu, jangan terus menyalahkan orang lain, kau tahu seberapa menyebalkannya dirimu, sebanyak itu jika kau ingin tahu.”

 

Kedua tangan Ha Rin segera menangkap telapak tangan Rim Ae yang sudah melayang kearahnya, wajah Rim Ae merah padam. Sudah cukup dia mendengar dirinya direndahkan.

“Brengsek kau Shin Ha Rin! kau seharusnya yang  kupermalukan!” dengan sekuta tenaga Rim Ae berontak, terlepaslah tangan Ha Rin darinya dan secepat itu ia segera melayangkan tamparan keras pada pipi Ha Rin.

Plakkkk!

Nyaringnya suara itu hingga membuat beberapa orang berjengit. “Kau sudah terlalu banyak bicara. Mulutmu itu harus segera di beri pelajaran.”

Plakkk!

Kembali Rim Ae melayangkan tamparan pada Ha Rin yang sudah jatuh terduduk kembali pada bangku kantin.

 

Ha Rin meringis dalam, ia tidak bisa melawan, sakitnya sungguh tak bisa diungkapkan, hanya sebuah tamparan tapi rasanya seperti sebuah tusukan.

Rim Ae terengah, ia tarik kerah jaket hitam Ha Rin hingga Ha Rin berdiri sejajar dengannya. “Kau tak lupa bukan aku akan membunuhmu.” Rim Ae mengetatkan cengkramannya pada kerah jaket Ha Rin. saat berada di jarak sedekat ini Rim Ae dengan jelas dapat melihat sesuatu yang beda dari Ha Rin, tapi apa dia tak tahu, dan sekarang ia tak mau tahu, ia hanya ingin melakukan balas dendam pada manusia ini. “Tak melawan heh?” tantang Rim Ae.

 

Ha Rin lemas, ia benar-benar tak dapat memberontak, beberapa detik setelah Rim Ae berhasil meraihnya, ia merasakan serangan dari arah kepalanya, pening luar biasa ia rasakan, tapi ia tak bisa mengeluh, mulutnya seperti dikunci dan suaranya hilang entah kemana. Serangan itu terjadi bertubi-tubi, kedua matanya berkabut menahan, detak jantungnya semakin pelan.

Rim Ae tersentak dari perbuatannya, ia hempaskan tubuh Ha Rin hingga jatuh menggelepar begitu saja di lantai kantin.

Darah tiba-tiba keluar dari pelipis kanan Ha Rin yang menyentuh lantai, batuk-batuk kecil menyertai penderitaannya, semakin membuat orang takut, setiap batuk, Ha Rin akan mengeluarkan darah dari mulutnya.

Pekikan-pekikan tertahan menyertai, beberapa orang mulai menatap tajam Rim Ae, menyalahkan perbuatan Rim Ae, tapi tak ada yang berani mendekati Ha Rin sekedar membantu atau apa. Hei! Apa mereka tak memiliki jiwa sosial?!

 

Hingga seorang ibu kantin datang dan mendekati Ha Rin, wajahnya kalut luar biasa. Ia tepuk-tepuk pelan pipi Ha Rin untuk menyadarkan, Ia berusaha meraih kepala Ha Rin, dan saat mengangkatnya orang-orang kembali dikejutkan dengan kondisi Ha Rin yang lain, beanie yang menutupi kepala plontos Ha Rin terlepas begitu saja dari kepalnya.

“Apa yang terjadi?”

“Ya Tuhan, Shin Ha Rin tak memiliki rambut!”

“Jung Rim Ae memang iblis.”

“Cho Kyuhyun! Panggil Cho Kyuhyun!”

 

Suara-suara itu terus berdengung ditelinga Ha Rin, dia masih memiliki kesadaran yang cukup, tapi tak memiliki kekuatan yang cukup untuk membuka matanya.

Napasnya tiba-tiba tersengal, ada yang menyumbat saluran pernapasannya, ada sesuatu yang menahannya. Serangan itu makin kuat, air matanya meluncur tanpa henti dari sudut matanya, degup jantungnya makin lemah dan lemah.

‘Aku akan berakhir Tuhan? Apa kau akan membawaku? Sekarang?’

Ha Rin menutup matanya rapat-rapat menahan sakit pada seluruh organ tubuhnya,

‘Seperti inikah detik-detik saat kau mengambil nyawa seseorang? Sesakit inikah?’

Dalam satu tarikan napasnya, Ia tahu, ini adalah tarikan napas terakhirnya.

 

 

**

 

 

Terlihat kesibukan berarti tengah terjadi di unit gawat darurat, mereka, para dokter siaga tengah kedatangan pasien kritisnya sepuluh menit yang lalu. Bekerja dengan cekatan, teliti, mereka mulai memberi penanganan-penanganan untuk pasiennya bernama Shin Ha Rin tersebut.

Tak jauh dari ruang itu teradapat empat orang manusia yang terlihat sedang menenangkan diri, menangis, berwajah pucat dan gelisah menunggu selesainya penanganan yang diberikan dokter-dokter di dalam sana pada Ha Rin. mereka adalah, Cho Kyuhyun, Choi Siwon, Kim Hyoyeon, dan Kim Soo Hyun.

Perbedaan emosi dapat dilihat jelas dari ke-empatnya, Hyoyeon memang yang paling banyak menangis tapi Kyuhyun-lah yang paling tertekan karena ini. Pikiran buruk terus bekelebat dalam otaknya. Kedua tangannya saling menggenggam gemetar, keringat dingin terus mengucur dari dahinya, menandakan betapa tak sukanya dan tak kuatnya ia menunggu Ha Rin keluar dari UGD.

Dia adalah orang yang mendapat shock berat dari kejadian ini, betapa tidak, pagi tadi semuanya berjalan lancar dengan kegiatannya di perkuliahan, malah pagi tadi ia begitu bersemangat karena dia akan segera di siding untuk skripsinya, semua masih lancar hingga selesai sidangnya, sampai ketika seorang pria muda datang menghampirinya dan mengatakan berita mengejutkan itu. Saat itu juga ia merasa seluruh oksigen yang dapat dihirupnya hilang pergi entah kemana, terenggut begitu saja. Tak lagi menghiraukan ucapan selamat dari kawan-kawannya mengenai keberhasilan sidangnya, ia segera meluncur lari menuju tempat yang dikatakan pemuda tadi.

 

Flashback

Suara gemuruh ketakutan, was-was, dan penuh kesalahan itu terdengar membisingkan telinga, suara itu terus menyahut menyalahkan pelaku, hingga Kyuhyun datang dan membuat semua pemilik bibir itu terdiam.

Tercekat begitu cepat, gerakannya terhenti begitu saja saat melihat Ha Rin menggelepar tak berdaya di lantai bersama seorang wanita tua yang tengah mencoba membangunkannya.

Matanya berkabut, dadanya sesak luar biasa, napasnya menjadi putus-putus melihat kondisi gadisnya itu tengah tak berdaya. Dia datang menghampiri, tubuhnya jatuh bersimpuh tepat disamping Ha Rin, mencoba mengatur emosi, kedua tangannya coba mengangkat tubuh Ha Rin dengan perlahan kedalam rengkuhan posesifnya. tangisnya pecah saat itu juga saat melihat kondisi tak wajar Ha Rin. wajahnya gadisnya pucat pasi, pipi tembam gadis itu hilang digantikan dengan ketirusan, dan Ha Rin tak memiliki rambut sehelai pun! Ya Tuhan apa yang kau lakukan padanya! Teriak batinnya tak terima.

Merengkuh tubuh itu dalam pelukann eratnya, ia terus menggumamkan kata entah apa, tak memikirkan lagi bagaimana darah Ha Rin yang mengotori kemeja putih resminya. Mengguncang tubuh ringkih itu dalam pelukannya agar terbangun, dihadapan gadis itu semuanya runtuh, harga dirinya runtuh, egonya menghilang, yang ada hanya kemelankolisan. Ia tak lagi memikirkan reaksi orang-orang disekitarnya yang tengah terdiam terkejut melihatnya menangis, omong kosong dengan orang-orang itu!

“Say..yhang… ba..bngunlahh… hei… maafkan aku… bhangunlaahh…” suara Kyuhyun terdengar gemetar dan terputus, suaranya tersendat dengan tangisnya sendiri.

Bagaimana ini bisa terjadi pada gadisnya! Apa yang kau lakukan pada gadisku Tuhan! Teriaknya tak terima lagi pada sang pencipta.

“Sunbae, ambulans sudah datang.” Kata pria tadi yang memberikan kabar padanya, tadi saat dia tengah berlari tergesa ia tak lupa meminta pria itu untuk menghubungi ambulans.

Tak banyak berkata Kyuhyun berdiri dari simpuhnya saraya membawa Ha Rin dalam bopongannya. Berjalan menerobos kerumunan yang semakin menganak pinak disetiap sudut kantin.

“Brengsek! Menyingkir dari jalanku!” umpatnya keras pada segrombolan wanita yang juga ikut melihat keramaian tadi yang tak segera menyingkir saat dirinya ingin pergi.

Setelah itu ia bergegas lari dengan terus mengecek kondisi Ha Rin yang berada dalam gendongannya, napasnya memang tak lagi terasa, tapi detak jantung gadis itu masih berdetak walaupun dengan sekala yang pelan.

Para medis sudah datang dan baru akan masuk ke-area dimana pasien yang membutuhkan mereka berada ternyata sudah dibawa kepada mereka.

Kyuhyun segera meletakkan Ha Rin pada ranjang tandu yang sudah disiapkan.

Baru hendak akan naik, ikut masuk kedalam ambulans, seorang pria yang duduk menjaga pintu mencegahnya masuk.

“Anda siapa?”

“Aku calon suaminya.” Katanya tak terbantahkan, dan masuklah ia atas ijin dari petugas itu. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Ha Rin dengan cekatan mendapatkan pertolongan pertamanya, beberapa selang yang dapat menopang hidup para pasien kritis itu tertancap ditubuhnya.

Dada Kyuhyun bergemuruh sakit saat melihat proses-proses itu, dia tak dapat memalingkan muka walau ingin, hanya satu yang berada dibenaknya saat ini. Shin Ha Rin membutuhkannya dan ia berjanji dia tak akan lagi melakukan hal-hal bodoh seperti merajuk karena perkataan Ha Rin padanya. Dia tahu sekarang kenapa Ha Rin sering melakukan itu padanya, karena Ha Rin tak ingin membuat orang sekitarnya mengkhawtirkannya dengan cara gadis itu berlaga kuat di hadapan semua orang. Dan ia kembali berjanji, dia akan terus bedara di sampingnya, menjaga Ha Rin disisinya dan memastikan semua baik-baik saja.

Flashback off

 

“Kyuhyun, bisa kita bicara?” suara Siwon memecah keheningan yang bercampur ketegangan diantara mereka. Kepala Kyuhyun tadi yang tengah tertunduk terangkat pelan saat namanya disebut.

“Ikut kau.” Lanjut Siwon lagi, lalu pergi meninggalkan Soo Hyun beserta Hyoyeon ketempat yang lebih tenang dengan membiarkan Kyuhyun mengikutinya.

Siwon menatap Kyuhyun iba, ia tahu betapa terpuruknya pria itu tanpa perlu Kyuhyun berkata padanya, karena pun dia juga merasakan hal yang sama.

“Kau tahu kondisi ini pasti akan datang juga bukan?”

“Tidak, aku tidak tahu kondisi seperti ini akan terjadi.”

Kening Siwon bekerut. “Tidak? Seharusnya kau sudah dapat memprekdisikan situasi seperti ini bakal terjadi cepat atau lambat.”

Kyuhyuh diam tak menjawab, ia tak memiliki kata-kata lagi, yang sekarang ia inginkan adalah melangkah pergi dan kembali menunggui Ha Rin hingga penanganannya selesai.

Tubuhnya baru saja berbalik tapi suara Siwon kembali terdengar. “Aku yakin kau tidak mengetahui kondisi Ha Rin yang sebenarnya.” Ugkap Siwon

Kyuhyun berbalik dengan wajah keras, tentu saja dia tahu, memang Siwon kira dia ini siapa? “Apa saat berbicara kau tidak pernah berpikir Siwon-sshi?” tajam Kyuhyun, ia tidak suka diberi pertanyaan seperti itu, sperti ia ini tidak mengetahui apa-apa mengenai Ha Rin yang notabennya sekarang adalah calon istrinya. “Kau tahu siapa aku dan kau masih menayankannya. Aku ini calon suaminya dan tentu saja aku tahu seluruhnya mengenai calon istriku, aku tak menjawab karena aku tak ingin berada di sini menunggumu hanya untuk berkata tak jelas. Aku butuh berada di dekat Ha Rin.” datar, tajam dan menusuk.

Siwon tersenyum pongah. “Kau jelas tak tahu.”

“Apa yang kau uca—”

“Ha Rin mengidap kanker otak stadium akhir, sekarang dia berada dalam masa kritisnya, dan itu berarti kesempatan hidupnya hanya seribu banding satu!” sentaknya rendah

Mata Kyuhyun membola sempurna. Apa ini? Kenyataan apa lagi ini? Kebenaran apa lagi yang terpapar dihadapannya ini?

“Kanker itu berhasil mengambil alih seluruhnya, semuanya hanya tinggal menunggu waktu hingga dia tak lagi bersama kita…”

“Tutup mulutmu!” sentak Kyuhyun keras, suaranya berdengung sepanjang lorong rumah sakit. “Aku tahu kau ini seorang dokter, tapi apakah wajar jika kau terus mengatakan hal itu kepada keluarga pasien? Kau ini juga keluarganya, harusnya kau lebih berusaha untuk menanganinya sebab kau juga seorang dokter!”

Siwon tersentak melihat begitu tersiksanya Kyuhyun setelah apa yang ia katakan tadi.

“Jangan berbicara padaku jika yang kau katakan adalah hal-hal mengerikan mengenai calon istriku…” tatapan tajam itu tepat menghunus Siwon. Dan untuk pertama kalinya Siwon merasa terintimidasi oleh tatapan tajam dari seorang pria untuknya. “berani kau mengatakan hal itu lagi padaku, aku tak akan tanggung-tanggung menghancurkanmu walau kau ini keluarganya!” suara itu terdengar menggeram rendah setelahnya.

Kali ini Kyuhyun benar-benar pergi meninggalkan Siwon dibelakangnya, tanpa harus bersusah payah memberi penghormatan pada orang yang lebih tua darinya.

 

 

**

 

 

Ha Rin masih berada dalam kondisi kritisnya tetapi dia sudah dipindahkan ke ruang rawat itensif ICU, para dokter memutuskan untuk terus memantau Ha Rin dengan ketat, Dokter Park yang bertanggung jawab merawat Ha Rin akan dijadwalkan pulang ke Korea keesokan harinya setelah mendapat kabar kondisi kritis mengenai pasiennya.  Dalam waktu satu kali dua puluh empat jam, Ha Rin akan terus mendapatkan perawatan medis jika dia belum melewati masa kritisnya, dan sampai saat itu tiba tidak ada yang diperbolehkan untuk menjenguknya.

Baik Kyuhyun, Siwon, Hyoyeon maupun Soo Hyun sampai saat ini, satu dari mereka tidak ada yang berinisiatif ingin pergi beranjak dari posisi duduk menunggu, mereka menunggu tepat di depan ruang ICU Ha Rin berada. Dari sejak Ha Rin masuk UGD hingga dipindahkan ke ruang ICU mereka bereempat tak ada yang mau meninggalkan tempat itu barang sedetik pun, Siwon dan Hyoyeon telah melimpahkan tanggung jawab pasien mereka pada dokter residen yang mereka bimbing, Soo Hyun juga telah menugaskan sekretarisnya untuk menghandel pekerjaannya untuk sementara waktu, sedang Kyuhyun, ia tak memiliki pemikiran untuk sekedar menghubungi keluarganya atau yang lain, pikirannya tak dapat berpikir sebegitu jauhnya karena saat ini hanya Ha Rin satu-satunya yang tengah ia pikirkan.

 

Belasan menit berlalu dan suasana masih sangat hening diantara mereka. Hyoyeon dan Siwon serentak mendongak melihat Soo Hyun yang tiba-tiba saja beranjak pergi dari duduknya, entah pergi kemana. Mereka pun juga tak berniat mengintrupsi kepergian Soo Hyun, kembali keheningan melanda mereka.

Tak berapa lama Soo Hyun kembali dengan membawa sebuah kantong tas kertas pada tangan kanannya.

“Pakailah.” Ujar Soo Hyun seraya menyerahkan kantong tas kertas itu pada Kyuhyun, tas kertas itu berisi pakaian bersih, ia memang selalu membawa pakaian bersih di mobilnya untuk berjaga-jaga.

Kyuhyun mendongak menatap Soo Hyun tak paham. “Kemejamu kotor dan aku tak tahu kau akan berapa lama berada ditempat ini. Gantilah, ini milikku.” Jelas Soo Hyun saat melihat kerutan Kyuhyun makin menjadi.

Tak ingin melawan atau beradu argument, segera Kyuhyun ambil tas kertas itu lalu beranjak pergi menuju kamar mandi terdekat. Ia juga merasa perlu mengganti kemejanya yang penuh dengan bercak darah milik Ha Rin.

Berdiri menatap pantulan dirinya pada kaca besar kamar mandi dengan pandangan kosongnya, Kyuhyun membisu, kamar mandi itu baru saja ia gunakan untuk mengganti kemeja putihnya dengan kaos polo biru dongker kepunyaan Soo Hyun.

Detik demi detik berlalu dengan Kyuhyun masih berada ditempatnya, menatap pantulan dirinya sendiri dengan perasaan gundah. Dirinya memang sedang berdiri ditempat itu, tapi pikirannya terus berkelana. Matanya Nampak kosong tak berpenghuni, tapi jantungnya berdetak kencang risau. Dua keadaan yang berbeda, tetapi terjadi di dalam satu tubuh pada waktu yang sama. Semakin menegaskan ketidak bisaanya mengungkapkan perasaan sesungguhnya, tubuhnya dapat memanipulasi keadaan secara natural. Kyuhyun memang tak bisa sebaik orang lain dalam menampakkan perasaanya maka dari itu banyak orang yang salah mengartikan tatapan dan perbuatannya. Karena tubuhnya sendiri pun mendukung itu.

Kepala Kyuhyun tertunduk, menatap kemejanya yang ia gumpal menjadi satu pada tangan kirinya, bercak darah yang berada pada kemeja putihnya masih terlihat jelas walau telah ia basahi dengan air, bermaksud ingin menghilangi nodanya.

 

Kedua tangannya mengepal tiba-tiba, tubuhnya pun ikut menengang, dan detik setelahnya terdengar geraman diikuti dengan isakan kecil dari bibir tebal Kyuhyun, pundaknya ikut gemetar mengikuti perubahan emosi yang terjadi pada dirinya. Lagi-lagi dia jatuh, dia tak bisa menahan desakan sakit pada hatinya, cubitan kasar ia rasakan memelintir jantungnya hingga rasanya semakin menyesakkan. Memang tak ada suara dalam tangisannya, tapi kesakitan itu Nampak nyata pada Kyuhyun, tubuhnya gemetar luar biasa.

“Janghann….tinggalkan akhuuh…” tersedak dengan tangisnya sendiri, Kyuhyun mencoba meraup udara sebanyak mungkin agar masuk kedalam paru-parunya. “Kumohon…” lirihnya lagi. Kita jelas tahu diungkapkan pada siapa permohonan menyedihkannya itu. Sampai saat ini hanya do’alah yang dapat ia berikan untuk kekasih hatinya tersebut, hanya do’a, tapi tak tahu mengapa setiap ia akan merapalkan do’anya, hanya tangis dan kesakitan yang keluar. Itu sungguh menyakitkan. Dia memang tidak tahu akan yang terjadi apa nanti pada Ha Rin, tapi ini sungguh diluar angannya, dia tak pernah membayangkan Ha Rin akan berada dikondisi seperti ini dan dia tak dapat mengantasipasi sakitnya sendiri.

Ya Tuhan ini menyakitkan.

Dan beruntunglah Kyuhyun karena dia telah mengunci pintu kamar mandi sebelum ia melakukan pergantian pada kemejanya.

 

 

**

 

 

Malam telah berganti pagi, bulan telah digantikan matahari, mengakuisisi belahan bumi lainnya dengan sinarnya, memberikan penerangan berarti untuk penduduk bumi memulai aktifitasnya. Rumah Sakit Internasional Seoul pun tak luput dari kegiatannya, rumah sakit itu kembali sibuk seperti pagi-pagi yang lain. Namun pemandangan berbeda tampak di depan ruang ICU rumah sakit tersebut, keempat orang yang sejak kemarin memutuskan menunggui orang yang berada di dalam ruang itu sepertinya benar-benar tak berniat beranjak pergi entah itu membersihkan diri atau mengisi perut kosong mereka.

 

Siwon sepertinya baru saja tersadar dari tidur pendeknya, reflek, kepalanya menoleh memerhatikan sekitar dan tercenung menatap tiga orang yang kemarin bersamanya masih berada di tempat mereka masing-masing.

“Kalian tidak pergi?” tanyanya

Hyoyeon menanggapi pertanyaan itu dengan wajah lemahnya, “Aku tidak akan pergi sampai dokter yang menanganinya mengatakan gadis itu keluar dari kondisi kritis.” Setelah itu tak ada percakapan lagi. Kyuhyun dan Soo Hyun sepertinya menyetujui perkataan Hyoyeon dengan mereka berdiam.

 

Siwon kembali memulai percakapan, “Sebaiknya kalian pulang, aku akan menjaganya, jika sesutu terjadi aku akan segera menghubungi kalian.”

“Apa kau tak mendengar perkataanku tadi? Aku tidak akan pulang sampai kondisinya stabil, dan kenapa tidak kau saja yang pulang dan aku yang akan menjaganya lalu menghubungimu jika kondisinya membaik.”

“Hyoyeon-ah…”

“Jangan memaksaku Choi Siwon!” Sentak Hyoyeon dengan mata nyalangnya, teriakannya membuat beberapa orang yang melewati mereka menoleh ngeri menatapnya.

“Ya Tuhan.” Mengusap wajahnya sabar, Siwon lebih memilih kembali berdiam.

 

Setengah jam kemudian berlalu.

Dari arah timur keempatnya duduk, terlihat segrombolan dokter dengan usia cukup tua berjalan kearah mereka.

“Dokter Park.” Siwon mengenali terlebih dahulu, ia bangkit dari duduknya memberi hormat pada Dokter seniornya tersebut.

Dokter Park mengangguk seadanya, lalu ia segera masuk keruang ICU tempat dimana Ha Rin dirawat.

“Dia ada di Canada bukan?” Tanya Hyoyeon setelah melihat Dokter Park dan gerombolan dokter yang kiranya berjumplah empat orang ikut masuk kedalam ruangan.

“Ya, sebelum aku memberitahu keadaan pasiennya. Jika Dokter Park tidak pulang, maka Ha Rin tidak akan mendapatkan keputusan lanjut mengenai penanganan dari kondisinya, hanya dia yang berhak.” Jelas Siwon.

“Dokter Park adalah dokter pribadi Ha Rin, beliau yang bertugas melakukan kemo dan beberapa penanganan untuk Ha Rin.” tutur Siwon sesaat setelah melihat kerutan pada masing-masing kening Soo Hyun dan Kyuhyun, kedua orang tersebut tentu saja tak tahu apa-apa mengenai dokter yang bertanggung jawab atas Ha Rin.

Tak lama kemudia Dokter Park keluar dengan dokter-dokter yang lain. Dia berbicara sebentar dengan kawan seangkatannya itu untuk mempersilakan mereka pergi terlebih dahulu menuju ruangannya menggunakan bahasa asing.

“Mereka kawan dokterku yang kutemui di Canada.” Siwon dan Hyoyeon mengangguk menanggapi sedang Kyuhyun dan Soo Hyun diam tak menyela. Mereka telah berdiri dari posisi duduk mereka dan berjalan mendekat menuju Dokter Park, sepertinya dokter pribadi Ha Rin itu ingin mengatakan sesuatu.

“Siapa yang menemukannya dalam kondisi kritisnya kemarin?” tanyanya merujuk pada penolong Ha Rin.

“Saya.” Jawab Kyuhyun cepat.

Dokter Park menatap Kyuhyun, dan menghembuskan napas setelahnya. “Dia kehilangan banyak darah, kondisinya benar-benar tak stabil. Aku tak tahu sekarang dia sudah kehilangan semua rambutnya, sistem imunnya menurun.”

Keempat orang yang mendengar penjelasan hanya dapat berdiam.

“Tapi untunglah dia segera diselamatkan, tapi sungguh, dia terlambat sekali mendapat penolongan pertama.”

Kyuhyun menggeram marah sendiri setelah mendengar keluhan Dokter Park, ia bukan marah pada dokter itu tapi marah kepada semua orang yang kemarin jelas-jelas melihat collaps nya Ha Rin dan tak segera memberi penolongan malah asyik bergunjing ria menyalahkan orang lain dalam kondisi genting itu.

“Apa Ha Rin sudah lepas dari masa kritisnya?”

Dokter Park menggeleng sedih. “Belum, dia masih. Aku tak berani memberi suntikan obat atau memasukan dosis obat lain pada tubuhnya, itu bisa menjadi pemicu gagal jantung. Jantungnya menjadi lemah setelah mendapat tekanan dari saraf otaknya yang disebabkan oleh induk kankernya.”

Keempat orang itu menutup mata sakit, mereka tak sanggup mendengarkan kondisi buruk Ha Rin seperti ini.

“Sejak kemarin kalian menunggui?”

“Ya. Kami menunggui Ha Rin dari dia masuk UGD, lalu dipindah ke ICU hingga hari ini.” Ujar Siwon.

“Kalian tidak lelah?”

Hyoyeon menggeleng. Dokter Park mengehela napas, “Pulanglah. Jika kalian terus menjaganya dua puluh empat jam tanpa henti seperti ini, kalian sendiri yang akan kelelahan. Aku tak berharap satu diantara kalian ikut masuk rumah sakit karena lelah telah memforsir tubuh kalian, itu namanya pemaksaan. Kalian mampu, tapi kesehatan tubuh kalian dipertaruhkan.”

Protes itu hampir saja mengalir dari masing-masing bibir tapi segera terhenti setelah Dokter Park memberi ultimatumnya. “Aku melarang dengan keras kehadiran kalian lagi jika setelah ini aku tak melihat kalian pulang. Aku berwenang melakukan itu. Dan apa kalian baru saja ingin menyuarakan protes pada seorang dokter?”

Mereka terdiam, “Bagus, pulanglah. Aku pasti tahu jika kalian melanggar ucapanku.” Setelah itu Dokter Park berjalan pergi meninggalkan keempatnya.

“Oh ya Choi Siwon, setelah kau beristirahat dan melakukan kewajibanmu, datang ke tempatku.”

 

 

**

 

 

Kyuhyun berlarian dari pelataran rumah sakit hingga memasuki gedung, pikirannya kalut, yang dia butuhkan sekarang adalah kebenaran mengenai kondisi Ha Rin.

Napasnya masih terengah saat dia telah sampai di depan ruang dimana Ha Rin dirawat. Disana dia melihat keberadaan kakak-kakak Ha Rin juga tengah menunggu dengan cemas.

Siwon menatapnya dan mengangguk seadanya, mereka tengah ketakutan dan tak dapat berpikir jernih sekarang.

Pagi tadi, saat ia akan bersiap pergi ke kantor, sebuah nomor tak dikenal menyapa panggilannya. Dan ternyata itu adalah nomor Choi Siwon, pria itu menghubunginya karena ingin memberi kabar mengenai kondisi Ha Rin yang kembali memburuk. Detik setelah itu dia tak dapat lagi berpikir untuk datang ke kantor memulai kerja hari pertamanya secara official, melainkan langsung tancap gas pergi menuju rumah sakit.

 

Dua hari berselang setelah masuknya Ha Rin di rumah sakit, gadis itu masih mengalami kritis. Namun pagi tadi, Dokter Park mengatakan bahwa Ha Rin telah terlepas dari masa kritisnya, maka dari itu, mereka yang setia menunggui Ha Rin pun mengambil keputusan untuk memulai lagi kerja mereka yang tertunda, setidaknya Ha Rin sudah dalam kondisi baik-baik saja, jadi mereka dapat meninggalkannya dalam perasaan tenang, sampai pemberitahuan itu mengejutkan mereka.

Ha Rin kembali mengalami serangan dari dalam. Jika mereka memasang pendengaran dengan baik, terdengar jelas bunyi heart rate, sebuah monitor untuk mengetahui kerja jantung Ha Rin berdengung kerasa mengeluarkan bunyi nyaring membuat orang bergidik ngeri jika mendengarnya.

Tim dokter yang langsung dipimpin oleh Dokter Park tengah berupaya keras untuk kepulihan kondisi Ha Rin kembali.

 

Saat ini yang dapat dilakukan Kyuhyun, Soo Hyun, Siwon dan Hyoyeon hanya berdoa’a, berdo’a meminta kesembuhan pada Tuhan untuk Shin Ha Rin.

Menit-menit berlalu dengan ketegangan yang jelas tampak diwajah para manusia yang masih setia menunggu proses itu. Wajah mereka pucat, bulir-bulir dingin kringat meluncur bebas pada plipis masing-masing.

Mereka terperanjat saat melihat Dokter Park keluar terlebih dahulu dari ruangan. Wajah mereka was-was, mereka jelas-jelas melihat sisa-sisa kerut ketegangan pada wajah paruh baya itu.

 

“Dia selamat…” seketika perasaan lega menjalar pada diri mereka masing-masing. Syukur tak hentinya terucap.

“Tapi, dia mengalami koma.” Napas mereka tercekat setelahnya.

“Koma?” Hyoyeon membeo tak sadar.

 

Dokter Park mengangguk, “Kondisinya sudah berangsur membaik, dia bisa menangani keadaan kirtis untuk kesekian kalinya, dia gadis yang luar biasa. Tapi dia memutuskan untuk belum mau sadar dari tidurnya.” ungkapnya

“Kalian bisa melakukan kunjungan untuk Ha Rin, dua orang dan tak lebih, kunjungan dibatasi setiap lima jam sekali.”

“Aku—aku ingin menjenguknya terlebih dahulu.” Seru Hyoyeon cepat.

“Dan aku butuh bicara dengan walinya.” Ujar Dokter Park lalu pergi berlalu diikuti oleh timnya.

 

**

 

2 Hour’s later

Soo Hyun, Hyoyeon dan Siwon kini tengah duduk terdiam pada bangku masing-masing yang mereka tempati di kantin rumah sakit.

“Apa yang harus kita lakukan?” gumam Hyoyeon

“Menunggu dan berdo’a, tak ada yang lain.” Balas Siwon tenang.

Hyoyeon menoleh, “Bukan pada Ha Rin, tapi Omma dan Appa.” Siwon terdiam memandang Hyoyeon, jelas tahu siapa orang yang mereka bicarakan ini. Ayah dan Ibu dalam konteks yang Hyoyeon ucapkan itu berarti banyak, dan ia tahu itu. Orangtua yang mereka bicarakan adalah orangtua mereka sendiri dan orangtua Ha Rin.

Saat sebuah kata akan Siwon lemparkan, Soo Hyun mendahului dengan pekikan tajam. Dia dan Hyoyeon pun serentak menoleh pada Soo Hyun.

 

“Ada apa?”

Wajah Soo Hyun pucat dengan tangan yang masih menggenggam ponselnya. “Kim Soo Hyun?” panggil Siwon

“Mereka mengetahuinya… mereka tahu kondisi Ha Rin… Brengsek siapa yang memberitahu mereka!” umpat Soo Hyun kencang, tak peduli dengan sekitar.

Tak perlu bertanya baik Siwon dan Hyoyeon pun tahu siapa yang Soo Hyun katakan. Dalam kondisi paling kritis seperti ini adalah tahunya kedua orangtua Ha Rin mengenai kondisi putrinya-lah yang paling ditakutkan.

“Ya Tuhan.” Hyoyeon tersentak, dia menutup mulutnya dengan kedua tangan saat matanya menatap televis yang ada di tempat itu tengah menyiarkan sebuah berita.

 

Lama tak tersiar kabar mengenai putri tunggal pengusaha Shin Si Kyung, kini Shin Ha Rin dikabarkan tengah mengalami kondisi kritis dan tengah dirawat disalah satu rumah sakit terkemuka di Seoul. Sampai saat ini belum ada konfirmasi mengenai keadaannya. Kami memiliki cuplikan gambar yang tim kami dapatkan.

 

Dan muncul-lah beberapa potong gambar Ha Rin yang tengah berda di ranjang dorong ketika dirinya baru diturunkan dari ambulans dan akan di masukkan ke dalam ruang UGD, foto itu diambil dari jarak yang cukup jauh.

“Reporter sialan.” Soo Hyun kembali mengumpat

 

 

**

 

 

Kyuhyun duduk terdiam dibarisan depan tempat duduknya para jemaat gereja, dia memandang lurus tembok di depanya dalam diam. Setelah apa yang dia dengar di rumah sakit tadi, dia tak dapat melakukan hal-hal benar selain berdiam disana, dia tak tahu harus bereaksi seperti apa, ini diluar jangkauannya.

Dan karena itu Kyuhyun memutuskan untuk pergi ke gereja terdekat yang dapat dia jumpai. Bermaksud untuk memanjatkan do’a di tempat ibadah itu, tapi yang terjadi adalah dia yang terus terdiam. Jika dia masih berada di rumah sakit tak ada kemungkinan dia akan tenang, maka dari itu dia pergi menghindar beberapa waktu.

Ingin sekali rasanya Kyuhyun menerobos memasuki ruang rawat dimana Ha Rin berada lalu mengguncang tubuh itu untuk terbangun, tapi itu tidak mungkin, dia ingat perkataan dokter pribadi Ha Rin berkata bahwa hanya dua orang yang boleh masuk dan jika ingin melakukan kunjungan lagi harus menunggu dengan sabar lima jam kemudian. Karena kesempatan pertama itu sudah diambil oleh kakak-kakak Ha Rin terlebih dahulu, maka dia memutuskan akan melakukan kunjungan sore nanti.

 

Kyuhyun merasakan bangku yang ia tempati berdecit kecil, menandakan ada orang lain yang ikut menduduki tempat itu. Dan dia tak akan protes karena ada orang lain yang ikut menduduki bangku barisan depan ini, tempat ini bukan miliknya.

“Dia akan baik-baik saja.” Sontak kepala Kyuhyun menoleh kearah suara, suara itu telah mengejutkan keheningannya.

Pria tua itu tersenyum kearah Kyuhyun, “Siapa namamu anak muda?”

Kyuhyun masih terdiam, lalu tersadar. “Kyuhyun.”

“Kyuhyun putra Cho Yonghwa?”

“Anda mengenal Ayah saya?” Tanya Kyuhyun se-sopan mungkin.

“Siapa yang tak mengenalnya? Semua orang mengenalnya nak,” Jeda pria itu kembali tersenyum. “sedang mendoakan kekasihmu?”

Kening Kyuhyun makin mengerut tak paham, “Banyak orang yang mendatangi gereja ini, sebagian besar dari mereka adalah keluarga dari para pasien di rumah sakit yang tak jauh dari sini, dan aku yakin kau salah satunya.”

“Anda seorang pendeta?”

Pria tua itu kembali tersenyum tak menanggapi, “Teruslah berdoa untuk kesembuhannya, Tuhan menyayangi hambanya tanpa pandang bulu. Kekasihmu orang baik, dia akan segera sembuh, Tuhan menyayanginya.”

“Ya… Dia orang baik, sangat baik.” Tutur Kyuhyun membenarkan, Shin Ha Rin adalah orang baik, dia tahu itu, jauh di dalam dirinya.

 

 

**

 

 

Sore tiba dan itu berarti giliran Kyuhyun untuk menjenguk Ha Rin. sebelum memasuki ruang itu, dia diperkenankan menggunakan semacam jubah berwarna hijau dan penutup kepala—baju steril—, menjaga kesterilan dari luar ruangan.

Berjalan mendekat, dia berdiri tepat disamping Ha Rin terbaring. Matanya menatap miris, beberapa selang entah berguna untuk apa telah terpasang pada tubuh ringkih Ha Rin. tapi yang Kyuhyun tahu, selang-selang dan peralatan itu-lah yang dapat membantu keberlangsungan hidup Ha Rin untuk saat ini.

Mata gelapnya masih terus, dan terus dengan teliti memeriksa keadaan Ha Rin dari ujung kepala hingga kebawah tubuh Ha Rin yang tertutupi selimut tebal.

Tangan kanannya terangkat gemetar, ingin menyentuh kepala Ha Rin tetapi tak sanggup. Tangan itu makin gemetar setelah dapat menyentuh kulit kepala Ha Rin yang kini tak terdapat apa-apa, rambut kebanggaan gadis itu telah hilang terkikis oleh begitu banyaknya obat-obat keras dari kemo yang dilakukan gadisnya. Dia masih mengingat jelas bagaimana Ha Rin dulu sering memainkan rambutnya itu, menarik poni panjangnya dengan kedua tangannya lalu menyibaknya kebelakang.

Kyuhyun tarik tangannya dengan cepat karena tangannya itu makin bergetar saja. Membalik tubuhnya membelakangi Ha Rin, mengatur pernapasannya. Dia tidak bisa, dia tidak kuat melihat kondisi Ha Rin seperti ini. Sangat menyakitkan.

Setelah meyakinkan diri dan mengambil beberapa napas, dia kembali membalik tubuh menghadap Ha Rin.

 

Kembali meneliti wajah Ha Rin, Kyuhyun tak dapat menahan tusukan rasa sakit yang menjalar pada tubuhnya. Wajah gadis itu pucat pasi dengan mata kecilnya yang tertutup damai. Mata itu adalah mata yang sering memberikan berbagai macam penilaian padanya, mata yang biasanya jika tersenyum akan mengeluarkan lengkungkan seperti bulan sabit. Pengamatan itu turun pada bibir dan dagu Ha Rin yang tertutup oleh masker oksigen. bibir itu sering sekali mendebatnya, mengumpatinya dan menertawakan kebodohannya. Bibir yang memiliki bentuk beda dari gadis kebanyakan, bibir Ha Rin tidak tipis seperti kebanyakan gadis korea pada umumnya, bibir bawah gadis itu cenderung tebal, tapi tidak tebal seperti miliknya, hanya dapat dikategorikan tebal diantara gadis lainnya. Dan dagu itu, dagu runcing itu, dagu yang sering melakukan penantangan padanya.

Dari semua itu, Kyuhyun paling merindukan senyum gadis itu, karena jika Ha Rin tersenyum pasti akan Nampak cerukan kecil pada masing-masing sudut bibinya sama seperti dirinya, lama dia mengamati itu dan bahagia mendapati mereka memiliki cara tersenyum yang sama.

 

Kyuhyun menghembuskan napas sesaknya, “Hai.” Sapanya pelan. Dia pernah mendengar akan berdampak baik bagi pasien koma jika orang yang menjenguknya sering mengajak berinteraksi.

“Bagaimana keadaanmu? Dokter mengatakan kau baik-baik saja, tapi aku tidak percaya, aku ingin mengetahuinya dari bibirmu langsung.” Hening, tak ada tanggapan, hanya suara heart rate yang terdengar.

“Kau mau tahu bagaimana kabarku?” Kyuhyun menatap Ha Rin. “Kabarku buruk. Benar-benar buruk dan tak pernah seburuk ini.”

Kyuhyun mencengkram kedua tangan yang berada disisi tubuhnya kencang. Menahan sesuatu yang mungkin saja bisa meledak sekarang.

“Satu bulan kita tidak bertemu dan saat aku menemukanmu kau dalam kondisi terburuk yang pernah kutemui. Aku lebih suka melihatmu dalam kondisi bangun tidur, dari pada waktu itu. Itu menyesakkan jika kau tahu.” Mengungkapkan segalanya, ia memang lebih suka melihat keadaan Ha Rin yang baru bangun tidur ketimbang keadaan gadis itu beberapa waktu lalu. Matanya tertutup kencang saat memori beberapa hari lalu kembali berputar.

 

“Seharusnya aku tak mengindahkan perkataanmu dengan meninggalkanmu sendiri. Itu hanya cara licikmu agar aku pergi darimu, dan kau berhasil.” Kyuhyun membasahi bibirnya yang tiba-tiba kering. “tapi aku tak akan melakukannya lagi, aku tak akan mengiyakan begitu saja permintaan konyolmu itu.” Jeda cukup lama terjadi dalam dialognya.

“Selesainya sidang pagi itu aku berniat menemuimu dan mengabarkan keberhasilanku, karena aku tahu kaulah yang paling gencar memarahiku saat tugas-tugasku menumpuk saat aku tak berminat menyentuhnya… aku pikir kau akan sangat gembira melihat hasilku ini, aku lulus dengan predikat cumlaud. Kau bangga bukan memiliki calon suami sepintar ini?” senyum miris Kyuhyun tertoreh. Dia tak kuat terus berada disini, tapi dia tetap ingin berada di samping Ha Rin hingga gadis itu sadar.

 

Kyuhyun mendekatkan kepalanya pada Ha Rin. matanya tertutup seketika saat dirasa bibir tebalnya telah menyentuh kening Ha Rin, mengecup kening datar itu lembut penuh sayang. Tak berapa lama bibirnya gemetar menahan isakannya sendiri, ia masih terus menutup mata, karena dia sadar jika dia membuka mata nanti, air mata pedihnya akan turun tanpa ampun, dia tak ingin membasahi wajah Ha Rin dengan air matanya.

Dia sudah mencoba untuk menahannya, tak menghiraukan tubuhnya yang sudah terguncang hebat, tapi ia tak dapat berbuat apa-apa lagi saat air mata sialan itu akhirnya luruh menjebol pertahanannya, jatuh menetes tepat di atas kepala Ha Rin karena dia tetap mempertahankan posisinya.

Menjauhkan kepala pelan, Kyuhyun menatap Ha Rin lemah. “Aku belum mengatakan bahwa aku mencintaimu, tapi kau lebih dulu menutup matamu. Aku tak bisa seperti ini. Bangunlah, bangun dan tatap aku lalu dengar pengakuanku.”

Malam itu terlewatkan dengan derai air mata Kyuhyun.

Kyuhyun mengutuk dirinya sendiri. Ini bukanlah dirinya yang ia kenal, dia tak pernah menangis seperti ini untuk seorang wanita manapun, karena wanitalah yang akan menangisinya. Dia tak pernah melakukan permohonan seperti ini, karena wanita-lah yang akan memohon padanya. Ini jelas-jelas bukan dirinya!

Ya itu jelas-jelas bukan dirinya sebelum dia menemukan Shin Ha Rin dalam hidupnya. Semuanya berubah semenjak Ha Rin hadir, dan dia menikmati perubahan itu. Dia menikmati semua yang terjadi pada dirinya yang disebabkan oleh Ha Rin.

Dan dia takkan bisa menerima perubahan jika perubahan itu membuatnya terpisah dari Ha Rin. tak akan pernah bisa.

Shin Ha Rin memang bukan gadis pertama yang ia cintai, karena dulu dia sempat mencintai wanita yang salah, dia menyadarinya. Ha Rin memang bukan wanita pertama yang hadir dalam hidupnya, namun Ha Rin adalah wanita pertama yang mampu membuat semua poros hidup Kyuhyun beralih padannya.

Lalu untuk pertama kalinya. Kyuhyun menginginkan seorang pendamping dihidupnya. Dan orang itu adalah Shin Ha Rin. jika bukan wanita itu, lebih baik tidak sama sekali.

 

 

**

 

 

Keesokan harinya

Tubuh Soo Hyun, Hyoyeon dan Siwon minus Kyuhyun terlonjak saat mereka mendapati Shin Si Kyung dan Lee Min-Ah berjalan menuju arah mereka.

Mereka berdiri, menyiapkan mental, mewanti-wanti amarah apa yang akan kedua orangtua itu berikan pada mereka.

 

Plakkkk

Dan benar saja, satu tamparan telah mulus mendarat pada pipi kanan Siwon, tamparan keras sarat akan kekecewaan. Siwon tertunduk, perih memang, tapi dia tahu, perasaan kedua paruh baya itu lebih perih dari pada tamparan yang ia dapat.

“Kalian mengecewakanku!” Ketiganya merasa sakit saat Lee Min-Ah, wanita paruh baya yang sudah mereka anggap Ibu sendiri mengucapkan itu.

Lee Min-Ah menatap tajam, “Aku memberikan kepercayaan ini pada kalian agar kalian terus memberitahukan kondisi Ha Rin padaku, apapun! Tapi apa ini? Berita ini kudapat pun dari mulut orang lain. Kalian tak menghargaiku sama sekali!” marah, kecewa bercampur menjadi satu pada setiap perkataan Min-Ah.

“Lalu kalian anggap apa aku ini?” tangis Min-Ah keluar, matanya memerah, suaranya sangat lirih saat mengatakan itu.

“Omma…” Hyoyeon ikut menangis

“Kalian menganggapku sebagai Ibu kalian, tapi kalian menghianatiku sebegitu dalamnya. Apa penderitaanku kurang cukup bagi kalian? Aku hanya ingin mengetahui apapun kondisi putriku di sini dari kalian, karena aku tak dapat menjaganya sendiri.” Raungan tangis Min-Ah makin menjadi saat Si Kyung membawa tubuhnya dalam pelukan.

“Tenangkan dirimu. Ini rumah sakit.” Ujar Si Kyung bijaksana. Ia lebih dapat mengontrol diri sendiri. Sebenarnya jika dia ingin marah dia bisa, tapi dia tak mau. Tidak di sini, di depan banyak orang.

Si Kyung menatap ketiga orang yang ada di depannya dengan tajam dan dingin. “Ada yang bisa memberiku penjelasan mengenai ini?”

 

**

 

“Park Jung Mon! bagaimana bisa kau lakukan ini padaku hah!” akhirnya amarah yang sejak tadi di pendam Si Kyung muncul di permukaan. Ia berteriak kencang.

“Tenanglah Si Kyung-ah, pelankan suaramu, orang lain akan mendengarkan.”

“Persetan dengan mereka. Apa aku harus berbicara dengan lembut saat tahu putriku tengah terbaring koma di salah satu ruang di rumah sakit ini dan tak ada yang memberitahuku! Apa aku harus melakukannya hah!”

Dokter Park menunduk pelan, tempramen Si Kyung muda tak berubah walau pria itu sudah beranjak tua, semakin mengerikan ada.

“Kau bisa duduk dan tenang? Kukira pria bermatabat sepertimu tahu harus melakukan apa saat Dokter pribadi putrimu ingin menjelaskan sesuatu, tentunya dengan kepala dingin, tapi jika kau ingin tetap berteriak-teriak seperti itu aku tak melarang, aku akan pergi dan meninggalkanmu sendiri di sini hingga kau puas. Jika kau tahu, aku masih tak terlalu suka dengan suara teriakanmu!” pelan dan mengena, Dokter Park berhasil membungkam bibir Si Kyung, meninggalkan dada paruh baya itu memompa oksigen.

Dokter Park menatap Siwon, “Tapi sepertinya ada yang harus Siwon katakan padamu terlebih dahulu sebelum aku mengatakan segalanya.”

Si Kyung menoleh menatap Siwon ingin tahu.

Siwon menelan ludah dengan payah. Hal yang paling ia takutkan akhirnya tiba juga, dia harus membeberkan semua kebohongan yang sudah ia lakukan untuk membantu Ha Rin. Siwon merasakan ada tepukan pelan pada punggungnya, kepalanya tertoleh menatap Soo Hyun dan Hyoyeon bergantian, mereka bertatapan sebentar dan mengangguk. Ya. Semuanya harus tahu tentang rahasia ini.

 

 

**

 

 

Dua minggu berlalu dan belum ada perubahan yang berarti pada Ha Rin, dia masih tidur dengan ketenangan yang dia buat sendiri, tak menghiraukan orang-orang yang makin cemas saja setiap hari padanya.

Rabu pagi itu Kyuhyun datang lebih awal menjenguk Ha Rin, mengambil waktu berkunjung untuk dirinya, karena biasanya Kyuhyun selalu mengambil waktu berkunjung pada sore hari, mengikuti jam kerjanya yang selalu pulang pukul tiga sore.

Wajah-nya terlihat cerah, ya setiap hari dia mengusahakan membawa suasana hati baik untuk Ha Rin, selain itu juga kerap kali berbicara dengan Ha Rin jika dia memulai jadwal kunjungan, ingat itu perbuatan baik yang di lakukan untuk orang yang sedang koma, mereka tak merespon tapi percayalah mereka mendengar.

Sebelum benar-benar memasuki ruangan, kyuhyun akan bertemu dengan perawat yang bertugas memantau Ha Rin setiap beberapa jam sekali dan mengenakan baju steril.

 

Langkah kakinya makin mendekat menuju ranjang pesakitan Ha Rin.

Gagal, kembali dia gagal menjaga hatinya agar tak terasa sakit tiap kali melihat kondisi Ha Rin. kulit Ha Rin tak secerah dan sesegar dulu, kini yang ada hanya pucat dan kusam.

Kyuhyun mengatur napasnya, mengontrol lonjakan emosi. Tubuhnya makin mendekat, sesampainya Kyuhyun pada samping Ha Rin, dia menundukkan kepala agar sejajar dengan Ha Rin, dan dengan perasaan penuh dia mencium kening Ha Rin. Kyuhyun mulai sering melakukan itu saat berkunjung.

 

“Apa kabar?” Kyuhyun tersenyum menatap Ha Rin yang tengah tertidur.

“Sengaja pagi ini aku datang, aku membawakan sesuatu untukmu.” Berujar seceria mungkin, mencoba membangun suasana yang baik. Dia menarik sesuatu dari dalam tas kerjanya. Sebuah Beanie—penutup kepala yang terbuat dari rajutan benang wol—berwarna putih yang kini berada ditangannya.

“Kau pernah berkata padaku bahwa kau tidak suka orang lain meengetahui kekuranganmu. Dan yah ini, aku membawakan benda ini untuk menutupi kepalamu.” Senyum miris mewarnai bibir tebal Kyuhyun seraya dengan perlahan memasangkan benda itu pada kepala plontos Ha Rin, sepelan mungkin agar tak menyenggol kabel-kabel penompang hidup Ha Rin.

Kyuhyun kembali tersenyum, “Lihat, kau lebih cantik menggunakan itu.” Tangannya terulur mengusap lengan atas Ha Rin, mengusapnya naik turun dengan perlahan.

“Kau suka?” tanyanya.

“Tak perlu menjawab, aku tahu kau suka.” Senyum tipis Kyuhyun tercetak. “berapa beruntungnya kau mendapatkan calon suami sepertiku.” Kyuhyun memandang Ha Rin dalam. “cepatlah bangun, aku ingin merancang pernikahan kita berdua bersama eumm…”

 

Wajahnya berpaling cepat saat sesuatu yang dia tahu sebagai cerminan emosinya akan keluar berupa air mata. Tidak, dia tidak boleh menangis. Laki-laki tidak diciptakan untuk menangis, jika dia menangis, Ha Rin akan tahu kelemahannya dan gadis itu takkan mau bersandar padanya.

“Oh, aku akan terlambat, sore nanti aku akan kembali, seperti biasa, aku akan bertugas mebersihkan tubuhmu. Jika kesempatan itu tak diambil orang lain.” Senyum jenaka Kyuhyun Nampak. Dia tegakkan tubuhnya setelah sebelumnya mengecup kening Ha Rin. meninggalkan ruangan dalam diam.

 

 

**

 

 

“Pagi ini ada yang berkunjung?” Tanya Hyoyeon seraya memasang masker dan penutup kepalanya.

“Ada.” Jawab perawat itu singkat.

“Siapa?”

“Pria tampan, bertumbuh tinggi, mengenakan pekaian kantor.” Hyoyeon mengerutkan kening. Soo Hyun? “yang setiap sore datang berkunjung. Kekasih Nona Shin.”

Mulut Hyoyeon terbuka paham, “Kyuhyun.” Ucapnya mengucapkan nama orang yang dimaksud perawat itu.

“Berapa lama dia berkunjung?”

“Tak lama, sekitar lima belas menit mungkin.” Hyoyeon mengangguk begitu saja.

Lalu tanpa berkata, ia masuk lebih dalam menuju ruangan Ha Rin.

Kepalanya miring saat melihat perbedaan pada Ha Rin. matanya sedikit melebar melihat ada penutup kepala yang menutupi kepala Ha Rin. “Dia datang hanya untuk itu?”

Hyoyeon menatap lembut wajah damai Ha Rin. “Kau beruntung mendapatkan pria sepertinya gadis nakal.”

Senyumnya masih terus bertengger sampai sebuah bunyi nyaring membuat tubuhnya kaku seketika.

Kepalanya tertoleh menapat sebuah benda kubus yang bertugas memonitori kerja jantung dan pernapasan Ha Rin bergejolak menggambarkan garis-garis naik turun di dalamnya.

 

Tak berapa lama tim dokter yang langsung di pimpin oleh Dokter Park masuk, menyingkirkan tubuhnya kesudut ruangan agar tak mengganggu proses penanganan.

“Bisa kau keluar.” Sebuah perintah dari Dokter Park, Hyoyeon mengangguk paham mengikuti perintah.

 

 

**

 

 

Menit-menit penuh penyiksaan itu berlalu dengan sangat lambat, kening Hyoyeon dibanjiri dengan keringat dingin, jantungnya berdegup dengan cepat setiap ia menatap pintu ICU tempat dimana Ha Rin berada belum juga terbuka.

Tubuhnya terlonjak saat Dokter Park keluar diikuti timnya, dia mendekat dan melihat Dokter Park mempersilakan timnya pergi.

“Dia sadar.” Hyoyeon tersentak bahagia, bibirnya menganga ingin berbicara tapi tak ada satu patah katapun terucap.

“Kunjungan masih akan kubatasi, kita lihat kondisinya hingga 24 jam kedepan. Jangan hubungi kedua orangtuanya dulu, kau tahu pasti apa yang akan terjadi. Hubungi mereka besok.” Hyoyeon mengangguk patuh akan perintah.

“Oh ya.” Dokter Park berhenti berjalan, berbalik kembali menatap Hyoyeon. “dia mencarimu, kau di ijinkan menemuinya.”

“Terimakasih Dok…” Hyoyeon membungkuk berkali-kali merasa senang.

 

**

 

Hyoyeon sudah berada di sisi ranjang Ha Rin, memandang Ha Rin dalam damai sebelum dia melihat Ha Rin membuka matanya. Senyumnya tercipta, matanya berkaca-kaca.

“Ssshhh…” Hyoyeon mengangkat telunjuk pada bibirnya meminta Ha Rin untuk tak berkata apa-pun saat melihat bibir gadis itu terbuka.

“Kau baru sadar, jangan mengatakan apapun. Kau masih berada di ICU, nanti kau akan di pindahkan ke kamar inap.” Jelas Hyoyeon saat melihat kedua mata Ha Rin mengelilingi ruangannya.

 

Hyoyeon menarik kursi, mendudukkan diri di atasnya.

“Eonni…” suara Ha Rin begitu serak dan samar

“Jangan berbicara, nanti, setelah kau benar-benar pulih.” Pinta Hyoyeon dibalas gelengan. Kepala batu

“Kalau begitu minumlah dulu.” Hyoyeon mengangsurkan sedotan berwarna putih yang sudah tercelup kedalam gelas berwarna putih, meminta Ha Rin meminumnya, dia membantu dengan mendekatkan sedotan itu pada bibir Ha Rin, Ha Rin meminumnya pelan hingga air itu tandas seluruhnya.

 

“Omma…Appa…” Tanya Ha Rin lirih setelah kerongkongannya terasa lebih baik

Hyoyeon terdiam, namun matanya menyiratkan segalanya, Ha Rin tahu itu. Dan saat itu juga air mata Ha Rin untuk pertama kalinya setelah sadar keluar. “Jangan menangis.” Ujar Hyoyeon lirih.

“Mereka tidak marah padamu, mereka—mereka tidak bersedih, mereka hanya ingin kau segera sembuh, Omma dan Appa sudah tahu alasannya Rin’a, percaya padaku mereka tak akan menangis dan mengasihanimu nanti.” Ujar Hyoyeon meyakinkan, dia tak mau adiknya ini menangis lebih banyak lagi. Demi Tuhan, bahkan dia baru sadar.

 

“Baekhyun, Mi Ri?” Tanya Ha Rin lirih, dia ingin tahu segalanya saat dia tertidur.

“Kyuhyun?” Ha Rin kembali bertanya saat Hyoyeon tak segera menjawab pertanyaan awalnya.

“Rin’a, dengarkan aku.” Hyoyeon menarik napas. “semua orang sudah mengetahui kondisimu, Kyuhyun sudah mengetahuinya, keluarganya pun sudah tahu, kedua sahabatmu tahu, beberapa kali mereka datang untuk menjengukmu. Mereka baik-baik saja.”

Tidak, Ha Rin tidak percaya lagi. Tangisnya kini benar-benar pecah, air mata itu terus keluar membasahi sudut matanya dan mengalir jatuh pada bantal rumah sakit yang ia gunakan.

Tidak akan ada yang baik-baik saja saat melihat kondisi terburuknya ini, mereka akan menangisinya, mereka akan mengasihaninya, dia tak suka itu. Dia tak suka melihat orang melakukan itu padanya, dia tak suka orang lain tahu kelemahannya! Batinnya berontak, ia ingin berteriak tapi yang keluar hanya erangan-erangan kesakitan, tenggorokannya perih luar biasa. Dan pada detik itu Ha Rin sadar, dia benar-benar kalah dengan penyakitnya.

 

“Rin’ah, tenanglah! Mereka semua menyayangimu, tak bisakah kau menerimanya? Mereka ingin kau baik-baik saja, mereka juga ingin mengetahui kondisimu.”

“Bagaimana aku bisa tenang… mereka tahu kondisiku, berarti mereka akan sedih..” ujar Ha Rin susah payah

“Mereka tidak.”

“Ya. Itu sudah pasti, tak akan ada yang tersenyum saat menatapku, mereka hanya akan menangis.”

“Tidak jang—”

“Saat aku mati mereka semua akan menangis lebih banyak untukku, aku tidak mau mereka menangisiku!”

“Kau tidak akan mati, kau akan sembuh!”

“Bagaimana bisa aku sembuh saat aku tahu aku terbaring di tempat ini, tempat ini menandakan aku akan berakhir…” dadanya sesak, napasnya terengah.

“Rin’a…Shin Ha Rin…” Hyoyeon segera berdiri, menekan tombol darurat yang berada di atas ranjang.

 

Dokter Park datang bersama seorang perawat di sampingnya, setibanya mereka, mereka langsung menangani Ha Rin yang tengah collaps. Hyoyeon mengusap wajahnya kasar, ini salahnya, seharusnya dia diam saja saat Ha Rin mengeluarkan pertanyaan tadi.

Wajahnya terangkat saat merasakan Dokter Park berjalan menuju padanya.

“Apa yang kukatakan tentang kondisinya? Ini baru setengah jam Dokter Kim.” Wajah Dokter Park kali ini benar-benar tak ramah.

“Perawat itu akan menyuntikkan obat penenang. Jantungnya tadi memompa cepat, apa yang sebenarnya kalian lakukan?”

Hyoyeon menunduk takut, “Kami beradu argument.”

“Oh Tuhan…” Dokter Park menghela napas dalam

“Jangan lakukan itu lagi. Sekarang pergilah, dia butuh istirahat.” Hyoyeon mengngguk

“Boleh saya melihatnya sekali lagi, saya ingin meminta maaf.”

“Cepat.” Hanya itu dan Dokter Park pergi meninggalkan ruangan, tak berapa lama perawat tadi pun ikut pergi.

 

“Maafkan aku.” Ujar Hyoyeon, menatap penuh penyesalan Ha Rin. gadis itu masih membuka matanya, tapi dia tahu, Ha Rin sebentar lagi akan tertidur karena pengaruh obat yang Dokter Park berikan.

“Kyuhyun…… jang…an…” dan tertutuplah mata Ha Rin, gadis itu sudah kembali pada dunia tidurnya.

Detik setelah itu Hyoyeon menangis, tak dapat membendung lagi air mata yang sejak tadi ia tahan. Matanya mengerjap-ngerjap sakit, dadanya sesak. Kenapa sesakit ini Tuhan. Batinnya tak terima

Kenapa disaat Ha Rin menerima kehadiran seorang pria di hidupnya, rasa sakitlah yang gadis itu hadapi, kapan adiknya ini akan mendapat kebahagiaannya?

Kenapa kau memberi cobaan seberat ini kepada adikku Tuhan? Dia sudah menerima penyakit yang kau kirim dengan lapang, tapi kenapa kau juga memberi sakit lain pada adikku. Tidak bisakah dia balas mencintai dan menerima cinta pria itu. Kasihani dia Tuhan, maafkan apapun yang pernah Ha Rin lakukan, dan sembuhkan dia.

Hyoyeon jatuh bersimpuh pada lantai ruangan, menutup mulut agar suara tangisnya tak terdengar.

Biarkan adikku bahagia Tuhan.

“Ya Tuhan….” Erangnya sesak

 

 

TBC

RinRin note’s :

Holaaa 😀

Dua bulan ya ini? Atau lebih? Aku ngga akan melakukan apa-apa selain meminta maaf lagi.

Oh terserah kalian mau marah sama saya, saya pantas mendapatkannya.

Kemarin aku baca ada yg Tanya kamar Ha Rin ada di lantai berapa, ketawa saya baca, dan di awal scene udah aku kasih tahu ya? Di lantai dua 😀

Part ini panjang, pake banget, saya ngga tahu gejala apa nanti yang akan kalian dapat, tapi teruslah membaca agar kalian ngga penasaran *kaya ceritanya bagus aja 😀

Dan mungkin saya akan tambah dua part lagi buat cerita ini, saya bisa menyelesaikan cerita di part ini sebenarnya, dengan jalan cerita tentu saja Ha Rin meninggal.

Tapi juga ngga ada kemungkinan kalo saya tambah part bakal Happy ending, saya tambah part Cuma mau mau menyelesaikan bebrapa pergulatan batin yang tak terlihat diantara para tokoh.

Semoga kalian setuju, saya akan berusaha mempostnya secepat mungkin.

Terimakasih buat dukungan kalian buat saya sampai sejauh ini, maafkan tulisan saya yang tidak bagus-bagus ini 🙂

Selalu menunggu kalian di kolom komentar, walaupun jujur saya jarang sekali nongkorng di blog akhir-akhir ini, mungkin kedepannya juga makin jarang, maklum sudah kelas 3 SMA *ahai 😀

Saya selalu mengaminkan apapun yang kalian tulis di kolom komentar loh, dalam artian aku berterimakasih banget sama kalian yg masih sempet nulis uneg-unegnya di blog aku.

Seperti biasa, Comment Jusseyo 😉

60 thoughts on “I GOT U [Part 13]

  1. Eonn br buka ini blok….
    eh ikutan baca d3h….
    Boleh kan???
    Ikut terhanyut, sedih, ampe ngeluarin air mata.
    Kamu benar2 bisa bikin cerita yg mengharukan chagi.
    Jadi satu kata dari eonn….

    DAEBAK!!!!

    Eonn suka ff nya…
    Di tunggu kelanjutannya chagi….
    Keep write n chaiyoo!!!

    Like

  2. Anyeonggggggg aku reader baru salam kenal dan izin berjelajah di blog mu ya, mian kalo baru komen di part ini soalnya aku sistem kebut semalam bacanya dari tengah malem sampe subuh ngerampungin baca sampe part12, udah ga bisa berenti kalo udah suka sama ceritanya ~ malah makin penasaran nantinya kalo ditunda2 bacanya
    awalnya aku fikir ceritanya kaya bbf ada unsur bully2an tapi ga taunya Harin malah sakit sedih taunya 😔
    Salut sama kakak2nya harin yg siap siaga buat adiknya dan suka banget sama karakternya kyuhyun di sini dia mah dia semua ff emang cocok kalo karakternya so cool, angkuh begitu tapi kalo udah suka sama orang apapun dia lakukan walaupun caranya salahh!! bikin happy ending dong pengen deh liat mereka nikah dan pengen juga liat kyuhyun bener2 mengungkapkan perasaanya sama harin, semoga harin ga nolak ya aminnnnnn kasian kyunya frustasi nanti kalo ditolak hahah

    Like

  3. sumpah part ini tuh sedih bangett, ngga kuat bacanya huhu
    sampe ngebayangin gimana kyuhyun klo di dunia nyata kayak gitu wkwkwk
    tolong buat mereka bahagia ya eon, masa sedih terus

    Like

  4. Gk ada keajaiban kah untk harin ttap hdp dn brsama dgn kyuhyun?
    Scra realita mmg gk ada hrapan untk ha rin ttp hdp, tpi ini ff eonni gk bisakah di pelesetin dkit dri kenyataan? Hahah mau liat kyu n harin berbahagia

    Like

  5. Huft nyesek juga nih ha rin sakit trus kyuhyun sedih gitu… Happy ending please… Klw gk happy berharap kyuhyun bisa setia ma ha rin walau ha rin udah gk ada

    Like

Leave a comment