Only Mine [Chapter 3] END

OM

Genre              : Romance

Length             : Chapter

Rating             : PG 17

Main Cast        : Cho Kyuhyun, Shin Ha Rin

 

Saya tidak tahu ini bagus atau tidak. Jika feelnya kurang, juga maafkan saya, kalian tahu sendiri bahwa saya ini masih penulis yang baru belajar. Jadi tolong untuk kalian yang berniat meninggalkan jejak, jika ingin berkomentar diusahakan sedikit halus ya beb, saya takut kalau kalian pakai kata rada kasar 😀 tapi sebelumnya saya juga berterimaksih untuk kalian semua yang sudah mau membaca cerita dan meninggalkan jejak di cerita absurd ini. Dan ingat jika ada kata-kata kasar jangan ditiru ya. Typo’s ^^

 

Author POV

“Kau tidak bosan?” Tanya nenek Ha Rin. Pasalnya, sudah seminggu ini cucunya tersebut sama sekali tak melakukan apapun kecuali makan, menonton tv dan kembali lagi kekamar entah melakukan apa. Hal tersebut terlalu monoton untuk ukuran orang yang sedang melakukan liburan.

Dan sejak pertemuan terakhir yang dilakukan Ha Rin beserta Kyuhyun. Gadis tersebut berubah menjadi pemurung. Tak ada lagi candaan khasnya yang selalu bisa membuat sang nenek tertawa terpingkal-pingkal.

“Ada masalah dengan Kyuhyun?” akhirnya pertanyaan itu muncul juga. Ha Rin menghentikan acara makannya, menatap sang nenek kosong.

“Tidak.” Dan Lee Bu Young yakin seratus itu bukanlah jawaban jujur.

“Masalah bukan untuk di hindari tapi untuk di selesaikan sayang.” Nasehatnya. Ia yakin kedua cucunya tersebut tengah dalam keadaan tak baik-baik saja.

Tak berniat menjawab ucapan neneknya, Ha Rin memilih pergi meninggalkan meja makan dan berlalu menuju kamarnya.

“Semoga kalian selalu dalam lindungan Tuhan.” Do’a terbaik yang bisa sang nenek berikan kepada kedua cucunya. Shin Ha Rin dan Cho Kyuhyun.

 

 

**

 

 

“Aku saja yang mengangkat nek.” Ha Rin beranjak terlebih dahulu, pergi kearah telepon rumah sang nenek yang tengah berdering.

“Halo?”

“Rin-ah ini aku.”

“Mi Ri? Astaga, bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja bukan? Ya Tuhan. Seharusnya aku di sana menemanimu.” Sesal Ha Rin.

“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?”

“Aku… aku baik. Atau lebih baik aku mati

“Benarkah? Aku tak yakin?” sinis sekali. Ha Rin mengernyit alis tak paham, ia merasa sama sekali tak memiliki masalah dengan sahabatnya ini. Untuk saat ini…

“Sore ini. Aku sudah harus melihatmu berada di rumahku. Jika tidak, jangan harap kau bisa melihatku lagi.”

“Kau mengancamku?”

“Tidak.”

“Apa tujuanmu?” Ha Rin merasa ada yang berbeda dari cara Mi Ri berbicara padanya. Sahabatnya itu terkesan dingin dan acuh.

“Aku sudah mengetahui semuanya. Kau dan Kyuhyun Oppa.”

“Bag—”

“Pulang. Jika kau ingin tahu.”

 

Sambungan itu terputus. Bahunya melemas, meletakkan kembali gagang telepon ketempatnya dengan pikiran tak tentu arah. Dia belum siap menghadapi masalahnya, belum untuk saat ini. Ia harus menata hati dan juga pikirannya terlebih dahulu agar mereka kembali sejalan dengan logikanya.

Di lain sisi, Ha Rin juga memiliki ketakutan tersendiri dengan apapun yang di ucapkan Mi Ri saat gadis itu sudah berubah menjadi serius. Setiap perkataannya akan dan pasti mempengaruhi dirinya, sadar atau tidak.

 

 

**

 

 

Mi Ri’s House, 16.30 KST

“Kau datang.” Bukan sejenis sambutan yang ramah. Mi Ri segera mempersilakan masuk Ha Rin kedalam rumahnya.

“Sambutan apa itu?” protes Ha Rin.

“Apa kau masih membutuhkan sambutan?” Mi Ri balik bertanya.

Ha Rin menghembuskan napas pelan, menekan sedalam-dalamnya rasa jengkel yang mulai muncul. Baiklah, ia tak akan memulai pertengkaran dengan sahabatnya ini.

 

“Duduklah.” Mi Ri mempersilakan Ha Rin untuk duduk terlebih dahulu dan setelah itu di susul olehnya.

“Barangku?”

“Kau bisa meletakkannya di situ.” Tunjuk Mi Ri kearah satu sofa di sebelah Ha Rin duduk.

 

“Oke. Aku tidak akan berbasa-basi.” Putusnya. “Kalian. Apa benar-benar menginginkan ini?”

Ha Rin, gadis itu terdiam. Tatapan matanya kembali kosong.

“Shin Ha Rin, jawab aku!” sentaknya, ia tidak bisa jika harus berkata lembut dalam kondisi seperti ini. Jawaban jujur dan tepatlah yang ia butuhkan, bukan yang lain.

Ha Rin memejamkan mata, ia mulai mengambil napas, mengisi paru-parunya dengan udara secara perlahan. “Ya.”

“Tidak! Kalian tidak menginginkan ini.” Ha Rin membuka mata, menatap tak suka sahabatnya. Ia bingung, kenapa Mi Ri bertanya jika ujung-ujungnya dia sendiri yang menjawab.

“Jika kalian memang benar menginginkan perpisahan ini, Kyuhyun Oppa tidak akan mendatangiku dan memohon kepadaku agar aku bisa menghentikan keputusan konyolmu dengan wajah penuh air mata.” Bola mata Ha Rin membulat. Pria itu

“Dan aku yakin, yang memilih jalan ini adalah KAU!” Seperti di jatuhi vonis bersalah, tubuhnya seketika melemas.

“Sakarang aku yang bertanya. Apa motifmu melakukan itu? Kau tahu Kyuhyun Oppa sangat mencintaimu dan kau pun sebaliknya. Kalian berhubungan bukan hanya satu dua hari. 3 tahun lebih Shin Ha Rin. apa itu kurang untukmu memahami bagaimana sosok Cho Kyuhyun?”

 

“3 tahun? … Sudah selama itu ternyata.” Ha Rin mendongak, memandangi langit-langit rumah Mi Ri sayu. Tertarik? Bukan, ia bukan tertarik dengan dekor rumah sahabatnya. Ini hanyalah satu dari sekian banyak cara untuk mengalihkan perhatian agar air matanya tak jatuh.

Tapi sekeras apapun ia mencoba, hal itu tak akan berhasil, air matanya tetap turun, meleleh melalui ujung matanya.

 

“Apa hanya karena kalian sudah melakukan itu?” Tanya Mi Ri mulai tak sabaran. “Jika iya, maka aku sendiri yang akan membunuhmu Shin Ha Rin!” emosinya mulai tersulut. Merutuki kebodohan sahabatnya ini. Ternyata bukan hanya dia yang bodoh, ternyata Shin Ha Rin pun memiliki kebodohan yang sama dengannya, atau malah lebih parah.

 

“Ahra Eonni beberapa hari yang lalu mendatangiku dan mengatakan semuanya…..” gadis itu menatap Ha Rin jengah. “Apa kau tak memiliki otak saat menolak pertanggung jawaban darinya? Dia bahkan merendahkan diri di hadapanmu, dia menangis. Lalu kau menolaknya! Kau bodoh atau apa? Kau. Apa kau tak bisa merasakan ketulusannya!” sentaknya, gadis itu ikut menangis. Menangis frustasi.

Bagaimana bisa ia memiliki sahabat semacam Ha Rin? gadis itu memang sejak dulu polos atau terlampau bodoh? Menolak ketulusan orang begitu saja tanpa berpikir matang-matang? Apa dia tak pernah berpikir bahwa saat ini orang yang memiliki ketulusan seperti itu jarang sekali di temukan! Banyak orang diluaran sana tengah menunggu demi untuk sebuah ketulusan dan dia menolak begitu saja. Hebat!

 

“Kau lebih beruntung dariku. Laki-laki yang sudah merenggut kesucianmu mau bertanggung jawab. Dia bahkan hampir gila saat kau menolaknya. Dan aku … aku tidak seberuntung kau. Pria brengsek itu meninggalkanku, pergi dengan wanita lain, membiarkanku mengandung anaknya tanpa kasih sayang darinya dan akhirnya Tuhan mengambil janin itu dariku. Kau tahu seberapa sakitnya itu. sangat sakit!” air mata Mi Ri semakin lama semakin menyerbak lebar, suara tangisnya pun semakin menyakitkan di dengar. Ia mengaku kalah. Kalah dalam segala hal dari Ha Rin.

 

Ia melakukan ini bukan dasar karena ingin mengingatkan pada Ha Rin bahwa ia memiliki kesakitan lebih dari gadis itu, dia hanya ingin sahabat yang sangat ia sayangi ini dapat memutuskan masalah dengan cepat dan tepat.

Bukankah masalah yang mereka hadapi tak jauh berbeda.

Yang membedakan hanya keberuntungan Ha Rin karena memiliki Kyuhyun … pria yang tulus mencintainya.

 

Suaran tangis Ha Rin terdengar, kerasa sangat keras. Ia tak kuat lagi menahan laju air matanya.

“Maaf…” sesalnya

Mata Mi Ri menyalang tak suka. “Kau tujukan pada siapa hah? Padaku? Memang apa salahmu hingga kau meminta maaf padaku? Karena hilangnya janinku?” air mata Mi Ri terus terjun saat ia kembali mengingat betapa tragisnya kehidupan yang ia hadapi.

“Maaf…”

“Berhenti Shin Ha Rin! aku tak membutuhkan maafmu! Jika pun kata-kata itu keluar, kau harus menunjukkan pada orang yang benar.”

Tangis keduanya mulai beradu.

 

Ini bukanlah yang ia inginkan sebenarnya.

Kala itu, saat Kyuhyun mangatakan akan bertanggung jawab. Hatinya sangat amat senang, teramat senang. Sampai-sampai ia tak tahu harus berkomentar seperti apa.

Tapi di satu sisi, penyesalan lebih mendominasinya.

Seharunya perbuatan yang ia dan Kyuhyun lakukan itu tak pernah terjadi, alasan yang Kyuhyun gunakan sama sekali tak dapat ia nalar. Hanya karena Kyuhyun takut dirinya berdekatan dengan pria lain? Oh ayolah, dia bukanlah tipikal gadis yang mudah jatuh cinta dan pindah kepelukan pria lain semudah itu. Jika pun alasan Kyuhyun ingin mengikatnya, kenapa pria itu tak langsung melamarnya atau bahkan menikahinya, itu akan lebih baik dari pada seperti ini.

 

Dan alasan kenapa saat itu ia tak dapat menerima Kyuhyun … karena ia masih trauma. Ia takut, sungguh takut. Ada beban tersendiri di hatinya kala ia mengingat kembali perbuatan yang ia lakukan.

Berhubungan di luar nikah. Kata itu sangat mengganggu pikiran dan batinnya. Menjadi beban tersendiri baginya.

Sungguh, ia sungguh berterimakasih pada Kyuhyun yang sudah berbaik hati ingin bertanggung jawab padanya.

Ia tahu, ia salah, salah karena menyia-nyiakan kebaikan pria itu.

Namun, jika ketakutan lebih mendominasi hatinya apa masih kalian ingin menyalahkan Ha Rin? gadis itu memiliki rasa takut begitu besar. Ia takut perbuatannya akan mengakibatkan hal-hal fatal lainnya. Seperti ia hamil, lalu para penggemar Kyuhyun mengetahuinya. Bagaimana jika hal itu terjadi? Ia tidak bisa membiarkannya, maka keputusan mereka berpisah pun ia ambil.

Dan lain sisi, ia malu, malu kepada keluarga, teman-temannya dan Tuhan. Ia malu, bukankah selama ini ia yang selalu berkoar-koar bahwa hal seperti itu tak patut di lakukan, tapi ternyata dirinya sindiri-lah yang melakukan itu.

Ada begitu banyak alasan yang ia miliki, dia tak seperti apa yang dikatakan Mi Ri. Dia tak memutuskan semuanya tanpa berpikir, ia memikirkan segalanya.

Terakhir, jika kalian ingin mengetahui kenapa Ha Rin masih tetap memilih berpisah dengan Kyuhyun adalah karena … gadis itu dulu …

 

“Kalian melakukan itu semua dengan sadar bukan? Jadi apa alasanmu. Hem?” intonasi suara Mi Ri mulai merendah. Mungkin dengan cara sedikit halus Ha Rin bisa memulai membuka akalnya.

Ha Rin menunduk dalam, kedua tangannya saling mengepal kuat, menahan gejolak amarah yang entah ditujukan pada siapa. Rambut panjangnya yang tergerai tampak berantakan menutupi seluruh bagian wajahnya.

“Aku … tidak bisa.” Lirihnya. Ia benar-benar tidak bisa. Dia takut sungguh takut.

Mi Ri menghapus air matanya kasar. Apa lagi yang harus di pikirkan?

 

“Apa lagi Shin Ha Rin? Kau tak bisa mengambil maksud dari perkataanku tadi?” dia mulai jengah. Oke. Ini terakhir kalinya ia membujuk Ha Rin dan selanjutnya tidak. Tidak akan.

“Shin Ha Rin dengarkan aku. Ini terakhir kali aku membuka pikiranmu. Kyuhyun, dia tulus mencintaimu dan kau juga sebaliknya. Coba kau ingat lagi bagaimana perjuangan kalian membangun hubungan ini. Jika kau takut tentang penggemar Kyuhyun yang akan mengetahuinya, kau tenang saja. Kyuhyun pasti akan melindungimu. Dia melakukan itu juga pasti sudah memiliki pertimbangan yang matang. Jadi …”

 

Mata gadis berambut sebahu itu membulat besar kala ia melihat bagaimana kondisi Ha Rin.

Ha Rin, gadis itu berbeda. Gadis itu sungguh ketakutan. Ini jenis ketakutan yang berbeda. Ia tahu itu, ia sudah hidup cukup lama dengan gadis ini. Ia tahu apa saja perbuatan janggal yang Ha Rin lakukan.

 

“Rin-a … ada apa denganmu?” tangannya terjulur menyentuh pundak Ha Rin yang bergetar hebat.

“Aku tidak bisa… aku… takut.” Mata gadis itu masih menyusuri kondisi Ha Rin, mencari-cari maksud dari perkataan Ha Rin.

Dengan segera, Mi Ri membawa tubuh Ha Rin kedalam pelukannya. Ia tahu sekarang. Kejadian itu datang lagi keingatannya saat bagaimana wajah ketakutan Ha Rin muncul.

Ha Rin mencengkram erat baju Mi Ri. “Aku tidak bisa.”

“Ya, aku tahu… aku tahu… maafkan aku eoh. Aku tak akan mengungkitnya lagi.” Mi Ri mengusap lembut punggung sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara ini. Memberikan ketenangan pada Ha Rin, sebisa yang ia mampu.

Bagaimana kita menghapus ingatan itu, Rin-a?

 

 

**

 

 

Flashback on

A few years ago …

Halte Bus

21.00 KST

“Halo, kau di mana Jang Mi Ri?” kesal Ha Rin, dia sudah menunggu Mi Ri di tempatnya ini sejak 10 menit yang lalu, tak apa jika keadaan mendukung. Tapi sekarang? Hari pun sudah malam, cuaca sedang tak bersahabat dan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

“Sebentar Shin. Aku membelikan kopi kaleng untukmu.”

“Ck! Kau tahu sekarang jam berapa? Mana ada anak SMA di jam seperti ini masih berkeliaran? Kita pun juga belum berganti pakaian. Astaga, Omma akan mengomel panjang lebar.”

“Diamlah. Aku yang akan menjelaskan pada bibi… eoh, ambil saja sesukamu!”

Alis gadis itu meniuk “Kau bersama siapa?” ia merasa apa yang di ucapkan Mi Ri sama sekali tak masuk dalam pembicaraan mereka.

“Lee Min Ho. Dia berkata akan mengantar pulang kita. Jadi aku membelikannya makanan sebagai bayaran. Kurang baik apa lagi dia pada kita? Jadi tunggulah sebentar lagi Nona.”

Ha Rin menghela napas. “Oke. Kalian cepatlah!” ia matikan panggilan.

“Ehm…”

“Kal—” teriakannya berhenti saat ia tahu orang yang tengah ia teriaki bukan orang yang ia tunggu. Matanya bergerak gelisah, feelingnya mengatakan bahwa orang yang saat ini berada di dekatnya bukan orang baik. Reflek ia pun menggeser duduknya menjauh.

Orang tadi, berjenis kelamin laki-laki, pakaiannya terlihat tak rapi. Rambut berantakan dan mata memerah. Ha Rin pun bisa mencium dengan jelas bau alkohol di tubuh pria itu. Tuhan tolong aku.

Pria itu mengikuti pergerakan tubuh Ha Rin.

Merasa dirinya terancam, ia pun berdiri berniat meninggalkan halte bus itu. namun pergerakannya terhenti, saat ia merasakan tangan pria itu mencengkram kuat pergelangan tangannya.

“Paman lepaskan!” sentak Ha Rin, ia takut.

Pria tersebut semakin membuat tubuh Ha Rin bergetar hebat, tatkala dengan baik hatinya ia malah menyeringai lebar, dan dengan mata nakalnya ia mulai menyelusuri tubuh Ha Rin, seakan dengan mata itu ia bisa menelanjangi tubuh Ha Rin dengan mudah. Aku harus pergi!

 

 

“Shuttt…. Jangan berteriak adik manis.” Ha Rin meronta, mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman pria mabuk itu.

“Lepaskan! Atau aku akan berteriak!”

“Hahahaha… sejak tadi kau berteriak, tapi tak ada yang menanggapi bukan?” pria itu tertawa keras seraya mendekatkan diri pada tubuh Ha Rin. “Semua orang sedang menghangatkan diri mereka di dalam rumah manis.” Air mata Ha Rin keluar, ia terisak.

“Kumohon paman … lepaskhhann…”

“Apa yang di lakukan gadis manis sepertimu dimalam seperti ini? Hujan akan turun, kau pasti akan kedinginan.” Mata itu menyalang penuh gairah. “Mau kuhangatkan?” penawaran yang menjijikan.

Isakan Ha Rin makin terdengar jelas kala suara menjijikan pria itu menyapa gendang telinganya, namun secepat kilat yang menyambar hujan pun turun, meredam suaranya. Kesempatan berteriak lebih keras lagi pun sirna, karena suaranya pasti akan teredam oleh suara hujan dan petir. Tangan pria itu mulai berani menyentuh tubuh Ha Rin, dari punggung hingga turun sampai pingganya.

Kepala Ha Rin menggeleng keras, tubuhnya bergerak tak karuan menolak sentuhan pria bejat itu, ia tidak mau. “Berhenti bergerak!” sentak pria tersebut.

 

Dengan keberanian yang ia kumpulkan, ia tendang pangkal paha pria itu kuat. “Arghhhhhh…”

Setelah ia lepas dari rengkuhan pria itu, ia pun berlari pergi, berlari di bawah guyuran hujan beserta kilatan kilat yang semakin menyambar gila.

“Berhenti kau brengsek!” suara pria itu terdengar. Pria itu ikut mengejarnya.

 

BUK

Sial baginya karena di saat seperti ini matanya tak berkerja baik untuk melihat ada halangan di jalan atau tidak. Ia jatuh tersungkur di pinggir trotoar, lututnya berdarah, darah itu mengalir mengikuti air yang mengalir membasahi tubuhnya.

 

“Lihat, seperti inilah akibatnya jika kau melawanku.” Pria itu berdiri tepat di atas tubuh Ha Rin, setelah sebelumnya ia membalik tubuhnya.

“Paman…janghhan…” pria itu menunduk, mulai membuka kancing blazer yang di gunakan Ha Rin, menghiraukan teriakan dan rontaan tubuh Ha Rin.

Shin Ha Rin, tangannya mulai mencoba menghentikan aksi pria bejat tersebut, tapi tak bisa, pria itu terus melempar tangannya agar menjauh.

Hingga di kancing terakhir dan …

SREKK …. BUGH … BUGHH

Suara itu terdengar jelas di pendengaran Ha Rin. tangisnya pun semakin menyeru keras, tubuhnya bergetar hebat.

“Ha Rin… maaf… maafkan aku. Dia sudah pergi, kau aman … kau aman Rin-a.” Mi Ri, gadis itu datang, datang menyelamatkan sahabatnya, ia peluk erat-erat tubuh Ha Rin tak menggubris hujan yang semakin lebat mengguyur tubuh mereka.

Dan Lee Min Ho, dia sedang sibuk menghajar tubuh pria brengsek itu. amarahnya semakin meluap kala mengetahui fakta bahwa gadis yang akan di lecehkan oleh pria itu adalah kawannya sendiri. Demi Tuhan, jika tak ada larangan membunuh orang di Negara ini, maka ia akan melakukannya!

 

Mi Ri mengancingkan kembali kancing blazer Ha Rin yang terlepas dari tempatnya dengan cepat, lalu setelah itu kembali memeluk tubuh bergetar Ha Rin. “Maafkan aku… maaf…” sejak tadi hanya kata itu yang ia gumamkan di telinga Ha Rin. ia menyesal, seharusnya sejak tadi ia membawa pulang Ha Rin.

“Kuantar kalian pulang. Aku sudah menghubungi polisi, si brengsek itu akan segera di tangkap!”

 

Flashback off

 

 

**

 

 

Ting Tong … Ting Tong

“Bisa tolong bukakan pintu Rin-a?” Ha Rin mengangguk, mengiyakan. Mi Ri tengah sibuk meracik bumbu-bumbu masakan.

Ceklek …

Mata Ha Rin mengerjap terkejut saat tahu siapa tamu yang datang. Cho Ahra. Kakak perempuan Cho Kyuhyun.

Sedang apa wanita itu di sini? Apa dia tahu dirinya tengah berada di sini?

Cho Ahra, dia hanya memandang datar Ha Rin. ia memasuki rumah Mi Ri, tak menghiraukan sapaan gadis itu padanya, dan sengaja atau tidak, bahunya menyenggol kuat bahu Ha Rin.

 

 

**

 

 

“Eonni kau datang.” Sambut Mi Ri lembut. Ia berjalan hendak mendekati Ahra tapi gerakannya terhenti saat ia melihat Ha Rin masih berdiri di depan pintu.

Ia mengerti, ia tatap Ahra yang masih mengeluarkan ekspresi datarnya. “Rin-a kemarilah, kenapa kau disitu?” ia berjalan menuju Ha Rin, memegang bahu Ha Rin dan membawa gadis itu keruang tamu bersama dengan Ahra di sana.

 

Plakk

Terkejut tentu saja. Belum ada Mi Ri dan Ha Rin menduduki sofa, Ahra ikut berdiri lalu menampar pipi Ha Rin kencang.

“Kau! Apa motifmu melakukan ini HAH! Ingin melihat adikku hancur?” suaranya nyaring sekali, ia berteriak mengeluarkan emosi yang sudah ia pendam cukup lama itu.

“Eonni jan—”

“Diam kau Jang Mi Ri!” sentaknya, kali ini tidak ada yang boleh menghentikannya bicara.

Ha Rin mengangguk kearah Mi Ri, menggenggam tangan Mi Ri lembut, memberi tahu  pada sahabatnya bahwa ia baik-baik saja.

 

“Bagaimana perasaanmu sekarang? Senang, bahagia, ingin tertawa?” suara itu terkesan meremehkan. Hati Ha Rin ngilu mendengar itu, tapi ia sadar, ia pantas mendapatkannya.

“Apa yang kau lakukan hingga Cho Kyuhyun begitu mencintaimu?” ia banting tas selempangnya serampangan. Ia masih tahu adat dengan tak menghancurkan peralatan rumah tangga Mi Ri, maka ia akan melampiaskan emosinya pada barang miliknya sendiri.

Matanya menatap Ha Rin penuh amarah. “Sialan. Gara-gara kau aku seperti tak mengenal adikku sendiri!” Napasnya memburu. “Apa selama ini kau hanya berniat mempermainkannya saja? Ingin mengambil keuntungan dari popularitasnya?” entah sudah berapa kata kasar yang ia keluarkan hari ini, ia tak mau menghitungnya. “Jawab aku! …. Apakah sebegitu menjijikannya jika ada benih Kyuhyun yang tertanam di rahimmu!” Mi Ri menatap tak percaya Ahra, bagaimana bisa kata seperti itu keluar dari mulut wanita itu?

 

Ha Rin tak bisa, ia tak bisa menahannya lagi. Tubuhnya lemas, kakinya tak kuat lagi untuk menopang bobot tubuhnya. Dan akhirnya dia pun terjatuh. Terjatuh di atas lantai marmer Mi Ri. Ia terisak kuat, bahunya bergetar. Harus berapa banyak lagi air mata yang keluar hari ini?

Ahra berjalan kearah Ha Rin, namun terhenti saat dengan sengaja Mi Ri menghadang tubuhnya.

“Minggir …” Mi Ri menggeleng. Ia tidak akan membiarkan Ahra kembali melayangkan tamparan pada sahabatnya. Ahra menatap Mi Ri dingin. “Menyingkir. Atau aku akan berbuat lebih.” Tak menghiraukan hadangan yang Mi Ri lakukan, Ahra tetap berjalan kedepan menggeser tubuh Mi Ri kasar agar menyingkir dari hadapannya.

 

Ia sudah berdiri tepat di depan Ha Rin. Menunduk melihat kondisi Ha Rin. tersenyum iblis. Setidaknya dengan ia melakukan ini, Ha Rin juga ikut merasakan bagaimana sakit yang dirasakan adiknya.

Ahra menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan Ha Rin dibawahnya. Matanya menelusuri kondisi Ha Rin. dia tidak baik-baik saja. Walaupun saat ini dia sedang berperan sebagai kakak yang baik untuk Kyuhyun dengan menghina habis-habisan Ha Rin yang sudah menghancurkan hati adiknya, tapi dia juga masih memiliki hati. Dia merasa iba dengan kondisi gadis itu.

Mata Mi Ri mulai memejam erat, ia tak sanggup jika harus menyaksikan lagi adegan penamparan yang akan Ahra lakukan saat ia melihat tangan wanita itu mulai terangkat dan terulur kewajah Ha Rin. sampai detik selanjutnya ia sama sekali tak mendengar suara orang tengah menampar. Matanya terbuka dan terkejut bukan main. Ahra memeluk Ha Rin.

 

“Shin Ha Rin sekali saja dengarkan perkataanku eoh. Kalian saling mencintai, bukan seperti ini cara kalian berpisah. Aku tahu perbuatan Kyuhyun sangat amat salah, tapi kau tahu bagaimana Kyuhyun bukan? Jika dia sudah melakukan sesuatu dan ketika ia merasa apa yang ia lakukan benar maka ia tidak akan main-main. Dia hanya ingin mengikatmu. Menjadikanmu wanita satu-satunya dalam hidupnya yang bersedia menemaninya hingga tua nanti.” Intonasi suara Ahra mulai melembut, tangannya pun tak lupa bekerja mengelus punggung Ha Rin teratur.

 

“Kau mungkin melihat dia baik-baik saja di depan kamera. Tapi kau pasti tahu apa yang tengah ia rasakan, ia hancur Rin-a. kalian berdua memang pintar untuk menyembunyikan perasaan di depan orang lain. Tapi maaf, itu tak berlaku untukku.” Dia renggangkan pelukannya, menatap wajah Ha Rin yang penuh air mata dengan mata sembab. Tangannya terulur menghapus air mata itu. ia sudah menganggap gadis ini sebagai adiknya sendiri. Dia sangat berterimakasih dengan kehadiran Ha Rin kedalam kehidupan Kyuhyun. Berkatnya, Kyuhyun yang dulu sering mempermainkan hati wanita kini sudah bisa untuk di ajak berkomitmen. Itu sungguh luar biasa bukan?

 

“Maaf… pasti sakit bukan?” Ha Rin menggeleng lemah. “Aku tak tahu alasan apa yang kau buat hingga kau lebih memilih memutuskan hubungan kalian. Tapi aku yakin, kalian bisa melewati ini bersama. Percayalah padaku.” Ahra kembali memeluk tubuh Ha Rin.

Shin Ha Rin. gadis itu terdiam, menatap lurus tembok yang ada di depannya dengan air mata mengalir, tanpa isakan. Apakah bisa?

 

 

**

 

 

KBS Building. Super Junior’s Room

06.00 KST

“Kyu. Mi Ri ingin menemuimu.” Jung Hoon memberitahu Kyuhyun. Dan Kyuhyun sama sekali tak merespon.

“Apa kabar.” Sapa Mi Ri, ia bungkukkan badan sopan kepada seluruh member Super Junior dan para kru. Sungguh ini kali pertama baginya menemui member boy band kenamaan ini secara langsung. Ia memang sering bertemu Kyuhyun, tapi tidak dengan yang lain. Kegugupannya semakin bertambah saat ia mengingat bahwa ada idolanya juga di situ. Lee Donghae.

 

“Kyuhyun Oppa, bisa kita bicara?” Tanya Mi Ri, ia akan berlaku sopan, karena saat ini semua orang yang berada di ruangan ini tengah menatapnya dan juga Kyuhyun.

Kepala Kyuhyun terangkat. Menatap tak berselera Mi Ri. “Untuk? Aku sedang tak ingin. Jika pun yang—”

“Dan aku yakin kau akan langsung menyesalinya!” tegas Mi Ri. Semua orang menatap heran keduanya. Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?

 

 

**

 

 

Kyuhyun Parent’s House

22.00 KST

Ting…Tong…Ting…Tong

Berkali-kali Ha Rin menghembuskan napas. Mulai meyakinkan diri lagi bahwa apa yang ia lakukan benar, namun di menit selanjutnya keberaniannya menghilang. Dan kembali menyakinkan diri, seperti itu selanjutnya.

Ting…Tong…Ting…Tong

Sudah ketiga kalinya ini ia menekan bel, tapi tak ada yang menyahut. Apa sebaiknya aku pulang? Ha Rin menggeleng, menghentikan pikiran profokatifnya.

 

Cklekk….

Terbukalah pintu itu, di sana berdiri seorang wanita paru baya. Oh Jaemin, dia adalah kepala pengurus rumah tangga keluarga Cho. Wanita tua itu tersenyum lebar. “Nona Shin! Ya Tuhan sudah berapa lama anda tak berkunjung. Mari masuk.” Ajak Jaemin.

“Tidak bi.” Kepalanya terjulur kedepan ingin melihat suasana dalam rumah itu. sepi

“Kyuhyun. Apa dia ada?” tanyanya ragu.

“Oh, Tuan muda, beliau sudah lama tak pulang kerumah. Mungkin di dorm, Nona tak datang kesana saja. Nona Ahra ada didalam, ingin menemuinya?” tawar Jaemin, tak henti-hentinya ia menyunggingkan senyum ramahnya.

“Terimakasih mungkin lain kali. Baiklah saya perm—”

“Apa yang kau lakukan disini?” suara itu. Jelas sekali ia mengenalnya. Suara itu milik Cho Kyuhyun. Ya dia yakin.

Merasa tak diperlukan kehadirannya lagi, Oh Jaemin pun mengundurkan diri pergi, ingin memberi privasi untuk keduanya.

Ha Rin berbalik menatap Kyuhyun. Demi Tuhan, ia merindukan pria dihadapannya ini. “Boleh meminta waktumu?”

 

 

**

 

 

“Apa yang ingin kau lakukan?” kata Kyuhyun langsung saat mereka baru saja menduduki kursi yang berada di taman belakang rumahnya.

Ha Rin mendongak, sedikit senyum tipisnya tertoreh. Dengan pasti ia bangkit dan mulai mengatur posisinya untuk bersimpu di bawah Kyuhyun.

“Apa yang kau lakukan?” heran Kyuhyun. Tak menjawab pertanyaan Kyuhyun, Ha Rin mulai mengatakan maksud dan tujuannya menemui Kyuhyun.

“Aku tak tahu apa yang kulakukan ini benar atau tidak. Dengan muncul dihadapanmu saja rasanya aku tak memiliki keberanian. Tapi, aku hanya ingin memperjelas semuanya agar semakin jelas.”

“Bisakah kau hanya duduk di sampingku dan tak melakukan itu. Kau pikir kau pesuruhku. Bangun Shin Ha Rin!” sentaknya. Ia paling benci jika Ha Rin melakukan ini. Gadis itu sering sekali merendahkan dirinya dihadapan orang lain, hanya untuk sekedar meminta maaf. Entah itu memang murni kesalahannya atau tidak.

 

Sekali lagi yang dipertanyakan! Ha Rin, gadis itu memang polos atau terlampau bodoh?

“Mungkin perkataan maafku ini sama sekali tak berguna bagimu, tapi tak apa. Setidaknya aku sudah mengutarakannya, entah kau akan memaafkanku nanti saat kita sudah memiliki kehidupan masing-masing atau mungkin kau sama sekali tak ingin memaafkanku.” Ia ambil napas. “Cho Kyuhyun aku bersungguh-sungguh meminta maaf pad—”

“Berdiri!” kembali ia mengeluarkan sentakkannya. Kali ini ia ikut berdiri, menatap jengah kelakuan Ha Rin. “Berdiri dari posisimu. Dan berbicaralah tepat di hadapanku!”

Seakan tuli, Ha Rin kembali meneruskan kalimatnya. “Apa yang kulakukan kemarin memang sama sekali tak patut untuk di maafkan. Aku mengaku menyesal tapi sem—”

“Sial!” ia tarik tubuh Ha Rin berdiri. Ia posisikan tubuh Ha Rin tepat di hadapannya.

“Omong kosong macam apa lagi yang ingin kau ucapkan?”

Ha Rin menatap Kyuhyun. Ia sudah betekad bahwa hari ini ia tak akan menangis di hadapan siapa pun. Ia sungguh tak dapat lagi mengeluarkan air mata.

“Aku hanya ingin meminta maaf.” Ucapnya pelan.

“Lalu?” tangan Kyuhyun masih berada di pundaknya. Ia bisa saja langsung membawa tubuh gadis dihadapannya ini masuk kepelukannya, tapi kali ini ia kan kembali memberi kesempatan Ha Rin untuk berbicara.

“Dan memperjelas hubungan kita?” alis Kyuhyun terangkat. Hubungan? Jadi mereka belum resmi berpisah? Ada secuil rasa bahagia di hatinya. Ia masih memiliki kesempatan! Soraknya.

Tapi sepertinya ia akan sedikit jual mahal untuk ini. Ia lepaskan pegangan tangannya pada pundak  Ha Rin.

“Maksudmu?” Ha Rin tersenyum maklum. Untuk yang satu ini ia sudah yakin. Yakin dengan keputusannya, walaupun nanti hasil menyakitkan yang akan ia terima.

 

“Kau pasti tidak terima dengan pemutusan hubungan sepihak yang kulakukan bukan?” ia jeda sejenak untuk mengambil napas. “Aku tahu kau pasti merasa harga dirimu sama sekali takku hargai saat aku melakukan itu. Jadi, aku akan memberimu kesempatan untukmu memutuskan hubungan ini. Kau pun boleh mencaciku seperti apa yang kulakukan padamu.”

Mata Kyuhyun melebar tak karuan. Jadi seperti ini akhirnya?

Gadis itu sama sekali tak menginginkan hubungan mereka kembali menyatu? Ia tetap ingin mereka berpisah. Jadi tujuan menemuinya hanya untuk ini? Brengsek!

Bola mata hitamnya menatap tajam Ha Rin. “Jadi ini yang kau ingin katakan sejak tadi? Kau ingin aku yang memutuskan hubungan ini. Kau melakukan ini agar yang menjadi tersangka adalah aku? Wah, hebat sekali.” Tawa hambarnya keluar, ia tak pecaya jika gadis yang ia cintai selama ini memiliki sesuatu yang tak terduga.

 

Emosinya meluap seketika. “Aku bertanya sekali lagi, apa alasanmu ingin berpisah denganku? Karena aku sudah menidurimu? Atau kau tak ingin mengandung anakku? Apa sebegitu tak inginkah kau ada satu benihku berada dalam rahimmu!” sakit sebenarnya mengatakan itu. tapi cara seperti apa lagi yang harus ia lakukan agar Ha Rin tetap berada di sisinya?

“Tidak. Bukan seperti itu. aku hanya tak bisa Kyu.”

“Apa yang tak bisa! Aku bertanggung jawab Shin Ha Rin! aku akan menikahimu jika kau takut hamil. Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya. Apa kau masih belum yakin?” Mata Kyuhyun memerah. Percampuran akan emosi, tangis dan tak rela. Ia tak rela harus melepas wanita yang ia cintai ini.

 

“Saat aku mulai berubah dan mulai bersungguh-sungguh dengan suatu hubungan, ternyata gadis yang kuinginkan sangat tidak menginginkanku. Lucu sekali.” Air matanya meluncur tapi segera ia hapus. Dan Ha Rin, dia hanya diam mendengarkan semuanya. Ia patut mendapatkan itu.

“Maafkan aku. Seperti inilah gadis yang selama ini kau cintai. Maka mari kita lupakan semuanya agar tak ada yang saling tersakiti.”

“MWO! Melupakan?” Kyuhyun menatap tak percaya Ha Rin. “Bagaimana caraku melupakannya saat semua yang ada pada dirimu sudah menempel jelas di ingatanku HAH!” bentaknya.

Mereka terdiam. Dada Kyuhyun naik turun, mengatur emosinya.

“Katakan padaku bagaimana caranya? Maka aku akan melakukannya.” Tantang Kyuhyun.

Ha Rin menggeleng. “Hanya dengan kau mengakhiri semuanya. Dan secara tidak langsung kita akan saling melupakan. Kita pasti bisa.”

“Tidak! Aku tidak bisa. Bagiaman bisa kau mengatakan sesuatu yang tak masuk akal seperti itu. apa yang kau takutkan dari hubungan kita? Penggemarku? Mereka pasti mendukung semua keputusanku? Keluarga kita? Mereka bahkan mendukung kit? Atau pekerjaanku? Kau ingin aku berhenti dari dunia keartisan ini. Oke, akan kulakukan jika itu yang membuatmu takut.”

“Jangan. Jangan melakukan itu, jangan mengorbankan apapun hanya untukku Kyu. Aku tak pantas. Dan aku yakin kau bisa melupakanku. Aku jamin itu.”

 

Kyuhyun menjambak rambutnya kasar. Wanita ini, bagiamana bisa kata seperti muncul dari bibirnya! Cara seperti lagi yang harus ia gunakan agar Ha Rin mempercayainya? Wanita ini sangat keras kepala.

 

“Baiklah.” Putusnya. “Seperti apa yang kau katakan… Ya, benar. Harga diriku rasanya seperti diinjak-injak jika kau yang memutuskan hubungan ini.” Ia tatap tak suka Ha Rin. “Hubungan ini berakhir Shin Ha Rin. KAU PUAS!”

 

Ha Rin menundukkan kepala, satu tetes air matanya jatuh. Ya, sekarang benar-benar berakhir. Ia angkat lagi kepalanya, menyematkan satu senyum terakhirnya untuk pria yang masih sangat ia cintai ini. Lalu menundukkan kepala lagi pertanda terimakasih. Ia pun berbalik dan melangkah pergi.

 

Cho Kyuhyuh. Dia menangis. Benar-benar menangis, ia donggakkan kepala keatas. Bagaimana bisa kata seperti itu keluar dari mulutnya? Tidak, seharunya ia tak mengikuti permintaan konyol gadisnya. Ia tidak bisa hidup tanpa Ha Rin disisinya. Tidak bisa.

 

“AKU BERBEDA DENGAN PRIA BRENGSEK ITU SHIN HA RIN!” Lantangnya. Ha Rin  berhenti berjalan, tubuhnya kaku. Dia tahu? air matanya lolos lagi. Ingatan malam beberapa tahun yang lalu kembali menerobos khayalannya.

Kyuhyun berjalan tergesa kearah Ha Rin, membalik tubuh gadis itu agar menatapnya. “Kau menolakku karena pria tua itu bukan? Apa yang ia lakukan pada tubuhmu hah?” tanyanya. “Kau mau aku membunhnya?” Ha Rin menggeleng keras.

“Jangan Kyu.”

“Lalu apa yang harus ku lakukan agar kau tak mengingat pria tua tak tahu diri itu!” Kyuhyun mengguncang tubuh Ha Rin kuat. Menyadarkan gadis itu bahwa dia dan pria tua itu berbeda, sangat berbeda.

Ha Rin terus menggelengkan kepala. “Aku takut… sungguh.” Ya Tuhan.

Orang macam apa dirinya yang tak tahu sama sekali trauma yang dialami kekasihnya sendiri? Hukum saja dia Tuhan.

 

Dengan cepat ia bawa tubuh Ha Rin masuk kedalam pelukannya. Memeluk erat tubuh itu. “Kita bisa. Kita bisa melewatinya bersama sayang.” Bujuk Kyuhyun. “Percaya padaku eoh.” Lirihnya, sungguh ia tak kuat jika harus melihat Ha Rin seperti ini.

 

Ha Rin terus menggeleng dalam pelukan Kyuhyun. “Tidak … jangan..” racau Ha Rin mulai tak karuan.

Kyuhyun melepaskan pelukannya dan menatap Ha Rin lirih. gadis itu menangis, ketakutan tergambar jelas di wajah Ha Rin. Demi Tuhan rasanya seperti jantungmu di tusuk pisau, saat melihat orang yang kita cintai tersakiti.

Ia pegang kuat kedua sisi wajah Ha Rin agar mau menatapnya. “Tatap aku. Sayang, tatap aku.” Pinta Kyuhyun. Ha Rin membuka matanya menatap Kyuhyun dengan wajah penuh air mata.

“Aku berbeda. Aku berbeda darinya. Aku mencintaimu. …. Jangan mengingatnya lagi. Hanya perlu mengingatku. Kita bisa menghapus ingatan itu sedikit demi sedikit. Bersama.” Tuturnya lembut. “Kau pecaya padaku?”

Ha Rin  terdiam cukup lama, ia masih mencari-cari sesuatu di mata tajam Kyuhyun. Mencari sesuatu agar apa nanti yang ia putuskan tepat.

Dan entah ini benar atau tidak, Ha Rin pun mengiyakannya dengan anggukan lemah, dia hanya mengikuti apa yang kata hatinya serukan. Orang bilang jika kita tidak bisa mempercayai mulut maka percayailah akalmu, jika tidak bisa maka percayailah hatimu, jika masih tidak bisa maka percayailah kata hati terdalammu dan yang terkakhir serahkan pada Tuhan.

Dan di sambutlah jawaban itu dengan senyum penuh kelegaan Kyuhyun. Terimakasih Tuhan. Kau mendengar do’a ku.

 

Ibu jari pria itu bekerja menghapus air mata gadisnya. Mulai sekarang ia akan mengusahakan bahwa tak akan ada lagi air mata yang turun dari mata gadisnya.

Wajah pria itu mendekat, mencium kening Ha Rin lama dan dalam. ia ingin menyalurkan segala bentuk cinta pada gadisnya mulai saat ini.

“Aku mencintaimu.” Ha Rin tersenyum kearah Kyuhyun. Ia masih mempertanyakan ini sejak dulu. Bagaimana bisa ia yang hanya gadis biasa dan tak ada istimewanya ini bisa mendapatkan pria seperti Kyuhyun? Pria itu baik, mengerti dirinya, sangat mencintainya dan masih banyak lagi kelebihannya. Lalu dia?

Memang apa yang dulu ia lakukan pada kehidupan sebelumnya hingga Tuhan memberikan anugerah kasih sayang sebesar ini.

 

“Ada yang lucu?”

Ha Rin menggeleng. “Tidak. Aku hanya heran, bagaimana bisa Tuhan memberikan kau yang sempurna seperti ini untukku. Aku merasa tak melakukan hal baik apapun.” Kyuhyun tersenyum.

“Manusia tidak ada yang sempurna sayang. Kiat hidup untuk saling melengkapi. Dan Tuhan sudah mengatur semuanya. Yang aku yakini sekarang adalah, kau memang jalanku untuk kehidupanku kelak. Tak ada yang bisa merubah itu. Kau Takdirku. Kau Milikku!”

Ha Rin tertawa renyah. “Dari mana kau tahu, bahwa aku adalah takdirmu? Takdir rahasia Tuhan Cho.”

“Aku tahu, karena Tuhan dengan baik hati membiarkanmu masuk dalam hidupku dan merubah keburukanku menjadi kelebihanku. Jadi apa lagi yang ingin di ragukan?”

Gadis itu mengangguk-angguk paham. “Tapi aku tidak yakin kau adalah takdirku!”

“Yak! Kau Ingin berdebat lagi?” sungut Kyuhyun.

 

Ha Rin kembali tertawa, tangannya terulur, memegang kedua sisi wajah Kyuhyun. Ia jinjintkan kakinya dan ia kecup bibir pria itu hangat. “Aku juga mencintaimu.”

Kyuhyun mendengus. “Apa kita harus berdebat terlebih dahulu agar kau mau mengatakan kata itu?” Ha Rin menggedikkan bahu.

 

Kyuhyun kembali medekatkan wajahnya pada Ha Rin. mencium gadis itu, menikmati kehangatan bibir plum itu.

“Bulan depan kita menikah. Aku tak mau nanti kau mengandung sebelum aku menikahimu.” Putusnya setelah ia lepas ciumannya.

Ha Rin menyatukan alis. “Memang kau yakin sekarang aku tengah mengandung anakmu?”

“Ck! Berhentilah mendebatku Nona. Kau meragukan kemampuanku? Ingin mengulanginya lagi?”

Tak….

Satu pukulan mendarat mulus dikepala Kyuhyun. Maniak!

 

Kyuhyun meringis pelan. “Aku hanya tak ingin nanti anakku tak memiliki ayah saat ia hadir di dalam rahimmu… Astaga. Memikirkan itu membuatku takut.” Khawatirnya. “Bulan depan kita harus menikah. Kau harus bertanggung jawab. Mau tidak mau.” Tegasnya.

Mata Ha Rin  membulat tak percaya. “YAK! Kenapa perkataanmu seperti aku saja yang sudah menghamilimu? Hei, Cho Kyuhyun. Kau yang melakukan itu padaku. Bagaimana bisa kata seperti itu muncul?” Ha Rin menyerukan protesnya.

Pria itu menggedikkan bahu acuh. “Terserah. Itu sama saja.” Jawabnya. “Kau tentu tak lupa bukan bahwa kau juga sudah membuatku seperti orang gila beberapa hari belakangan ini karena keputusan konyolmu. Jadi, kau bisa menganggap ini sebagai salah satu hukumanmu.”

 

Tangan Kyuhyun terulur merengkuh wajah Ha Rin agar mendekat kearahnya. Wajahnya mendekat ingin menggapai bibir wanitanya. Ia mencium Ha Rin lembut, memposisikan bibirnya tepat berada di tengah-tengah lipatan bibir Ha Rin. Ia pagut bibir atas Ha Rin lembut, melumatnya hati-hati. Menyesapnya perlahan, ia tak ingin terburu-buru melakukan ini. Dan jujur ia sangat merindukan bibir ini. Ia miringkan kepala guna memberi celah Ha Rin untuk bernapas tanpa melepas pagutan mereka, terlalu sayang untuk dilakukan.

Ha Rin melakukan hal sama, ia balas perlakuan Kyuhyun. Menggulum bibir bawah pria itu lembut tapi tak seahli Kyuhyun.

Kyuhyun tak henti-hentinya melumat bibir atas Ha Rin, takut-takut bibir itu akan hilang jika ia tak segera menggulumnya penuh-penuh. Dan rasa itu masih sama, atau bahkan bertambah. Getar-getar itu bertambah banyak lagi.

Ha Rin menyudahi acara manis mereka, menjauhkan kepalanya. Kyuhyun mengikuti pergerakan Ha Rin , ia masih ingin merasakan manis bibir Ha Rin.

Lihat, jika bukan ia yang berinisiatif menghentikan kegiatan ini lalu siapa? Kyuhyun? Oh ayolah, pria itu terlampau mesum, jadi dia tidak mungkin melakukannya.

 

“Wae~”

Ha Rin mencebikkan bibir kesal. Lihat bukan? “Ini sudah malam.”

Kyuhyun tersenyum, ia satukan kening mereka, hidung mereka saling bersentuhan. Tangannya bekerja mengelus rambut Ha Rin, lalu turun, melingkarkan kedua lengannya pada lingkar pinggang Ha Rin.

“Sayang, berjanjilah satu hal padaku.” Ha Rin menatap sungguh-sungguh Kyuhyun. Menunggu kata apa lagi yang akan pria itu sampaikan.

“Percayalah padaku apapun yang terjadi, kita bisa menghilangkan ketakutanmu.” Jedanya. “Hanya perlu mengingatku saja, hanya ingat tentang sentuhanku saja.”

Ha Rin memutar bola mata jengah, ia jauhkan kepalanya dari Kyuhyun. Pria itu masih bisa berpikiran aneh disaat seperti ini! “Segera masuklah kedalam. Otakmu semakin lama semakin mengkhwatirkan. Tingkat kemesumanmu sungguh melampaui batas orang normal.” Gelak tawa Kyuhyun akhirnya terdengar kembali.

Dan Ha Rin sadar akan sesuatu. Ia memang tak bisa berpisah dengan Kyuhyun. Apapun alasannya!

 

Di sisi lain …

“Halo Eonni, bagaimana?”

“Sedikit menegangkan, tapi semuanya sesuai dengan apa yang kita harapkan.”

“Hah… Syurkurlah.” Helaan napas Mi Ri terdengar di sebrang telepon.

“Kau tahu, aku sempat menangis melihat adegan keduanya. Kisah mereka pasti akan laku keras jika di jual di pasaran.” Usul Ahra.

“Astaga. Mulai berhentilah memanfaat—”

“OMO!”

“Wae..Wae.. ada apa Eonni? Mereka bertegkar lagi atau bagaimana? Eonni!” Mi Ri ikut panik karena mendengar pekikan Ahra.

“Mereka…berciuman, lagi!” soraknya.

Mi Ri berteriak. “Yak! Eonni, cepat pergi dari tempat itu. Eonni… kau mendengarku… haloo? Eon …tut…tut…”

 

 

END

RinRin Notes :

Akhirnya selesai juga cerita ini, di antara pergulatan batin yang hebat saya bisa menyelesaikan final part ini. Leganya 😀

Maaf, tapi sepertinya feel di part ini nggak kerasa. Typo masih ada, pemilihan kata masih tidak tepat dan terkesan bertele-tele. Jadi mohon saya di maafkan. Saya akan belajar lebih baik lagi. Mohon saran dan kritik yang membangun.

Dan selanjutnya saya akan memulai fokus pada next part IGU dan mulai merintis part 1 Love You Son. ^_^

Mohon do’a dari restu kalian *apalah 😀

Comment Jusseyo 😀

 

 

31 thoughts on “Only Mine [Chapter 3] END

  1. yeiyy ada lanjutannya 😀
    jadi itu toh alasan ha rin memutuskan hubungan :3 ahhhh nyesek pas mereka berdebat /? itu tapi langsung senyum+geleng-geleng kepala karena tingkah laku kyuhyun dan kemesumannya -__-

    feel nya dapat kok, semangat chingu buat ff selanjutna.. dan semoga bisa lebih keren lagi tulisanmu ^__^

    Like

  2. hahaa… awal-awal sampai pertengahan cerita saya ikutan nangis.. feelnya kerasa sangat… begitu mau ending, entah kenapa saya senyum senyum sendiri, dan di akhir cerita, saya ngakak… hahahah.. good job authornim… sukses dahh 😀

    Like

  3. Maaf author baru komen di part inii!
    Feel nya dpt bgt gewlaa. Konfliknya keren(?)
    Aduuhh, bingung mau blg apa lagi. Good Job deh pokoknya buat auhor! Ditunggu ff yg lainnya /kecup/

    Like

  4. Gak pisah lagi akhirnya..
    Tpi kasian Miri nya kak,masa tu cowo gak mau tanggung jawab,pling jengkel sma laki2 kek gitu…
    Tpi gak apalah..yg penting tidak ada isak tangis lagi…haha lebai bnget…
    Fighting
    Peace….

    Like

  5. Baru nyadar kalo udh komen di part ini. Pantes kok kayak udh pernah baca. Tp lupa gituu:3 setidaknya baca ini bikin mood naiikkkk wkwkw…
    Ditunggu ff yg lainnyaaahhh!!

    Like

Leave a comment